Danbarang siapa yang beriman pada Allah, Allah akan memberi hidayah, petunjuk (yahdi) kepada hatinya (Qalbahu). Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu," (QS At-Taghabun: 11). 4. Difaqihkan Dalam Urusan Agama. Orang yang dicintai Allah SWT akan diberikan Allah pemahaman yang bagus dalam ilmu agama. Baik ilmu yang terdapat di Al Quran maupun
Ilustrasi melaksanakan sholat sebagai salah satu amal saleh umat Muslim. Foto PixabayDalam Alquran, tercantum secara jelas bahwa semakin banyak amal saleh yang diperbuat, semakin kuat pula keimanan seseorang. Lantas, apa pengertian amal saleh yang bisa dikatakan sebagai pelengkap kesempurnaan iman seseorang?Menurut buku 200 Amal Saleh Berpahala Dahsyat karya Abdillah F. Hasan 2016 13, amal saleh adalah perbuatan sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah atau menunaikan kewajiban agama. Dalam amal saleh, terdapat amal ibadah dan amal jariyah, yang meliputi habluminallah dan ibadah adalah perbuatan yang berwujud pengabdian seorang hamba kepada Allah SWT. Amal ibadah ini tercipta antara hubungan manusia dengan Allah. Oleh sebab itu, hubungan ini disebut dengan istilah itu, amal jariyah adalah perbuatan baik untuk kepentingan masyarakat umum yang dilakukan tanpa pamrih. Perbuatan baik ini diciptakan melalui hubungan sesama manusia atau sesama makhluk Allah SWT yang disebut dengan istilah yang disinggung sebelumnya, iman dan amal saleh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Jika salah satu dari keduanya tidak ada, maka kesempurnaan dari salah satunya akan berkurang. Iman tanpa amal itu hampa, sedangkan amal tanpa iman itu merupakan amal saleh yang mampu mendatangkan kebaikan. Foto PixabayAdapun ayat-ayat Alquran yang menegaskan bahwa orang-orang yang beramal saleh akan mendapatkan balasan dan kebaikan dari Allah SWT. Beberapa surat di antaranya, yaitu“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.”“Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab.”“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bahwa mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar.”“Kecuali orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dizhalimi dirugikan sedikit pun,”Berbuat baik kepada sesama manusia merupakan amal saleh yang dapat menciptakan hubungan habluminannas. Foto PixabayContoh Amal Saleh yang Dapat Dilakukan Umat MuslimDikutip dari buku Kesepaduan Iman dan Amal Saleh milik Hamka 2020 37, terdapat beberapa perbuatan amal saleh yang dapat dilaksanakan umat Muslim dalam kehidupan sehari-hari. Contoh amal saleh yang berupa pengabdian manusia kepada Allah SWT, yaituTidak meninggalkan salat 5 waktu, mulai dari Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Selain itu, akan semakin bertambah pula pahalanya, jika dilengkapi dengan sholat ibadah puasa Ramadhan maupun puasa sunnah yang lain, seperti puasa Senin Kamis atau puasa bulan diri dari larangan Allah berprasangka baik husnudzon terhadap setiap ujian hidup dari Allah ibadah haji bila itu, contoh amal saleh yang dapat dilakukan kepada sesama manusia, yaituMenghormati dan menghargai orang yang lebih anak yatim kepada sesama manusia tanpa memandang baik terhadap sesama.
AllahSWT menyebutkan kriteria dan ciri hamba-hamba-Nya dalam Alquran. REPUBLIKA.CO.ID, — Berbahagialah manusia yang mendapat status ibadurrahman atau menjadi hamba-hamba Allah Yang Mahapengasih. Maka Allah SWT akan memberikan segala kenikmatan, perlindungan, kasih sayang kepada hamba-Nya itu. Pendakwah yang juga Wakil Ketua Lembaga Dakwah
Dalam Surah An Najm Ayat 39, Allah SWT mengingatkan umat Islam terkait dengan ikhtiar atau usaha. Sebab dalam Islam, bukan hanya hasil yang dilihat tapi juga proses usaha mendapat sesuatu juga Cybernetics Journal Research and Educational Studies, surah An Najm ayat 39 menjelaskan tentang yang manusia tidak akan mendapatkan segala sesuatu yang diinginkan kecuali dengan usaha dan An-Najm النّجْم sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti bintang. Ini adalah surah ke-53 dalam Alquran yang terdiri atas 62 ayat, dan termasuk golongan surah An Najm yang berarti bintang, diambil dari perkataan An Najm yang terdapat pada ayat pertama surah Juga Bacaan Surah Maryam Ayat 30 Lengkap dengan Tafsir dan KandungannyaBacaan Surah An Najm Ayat 39 Beserta Tulisan Latin dan ArtinyaFoto surah An Najm Ayat 39 - Foto لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى . وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى . ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَى . وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَىWa anna laisa lil insaanin illaa maa sa’aa. Wa anna sa’yahu saufa yuroo. Tsumma yukhzaahul jazaa-al aufaa. Wa anna ilaa robbikal muntahaaArtinya “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan kepadanya.Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan segala sesuatu.” QS An Najm 39Baca Juga 9 Keutamaan Surah Al Kafirun, Sebanding Pahala Khatam AlquranTafsir Surah An Najm Ayat 39Foto sapta Foto Orami Photo StockTerdapat penjelasan mengenai surah An Najm ayat 39, yang berasala dari kitab hasil penafsiran para ulama, yakni1. Tafsir KemenagMenurut tafsir dari Kementrian Agama RI, atas perbuatan yang baik, manusia hanya memperoleh ganjaran dari usahanya sendiri. Maka dia tidak berhak atas pahala suatu perbuatan yang tidak ayat tersebut, Imam Malik dan Imam Syafi’i memahami bahwa tidak sah menghadiahkan pahala amalan orang hidup berupa bacaan Alquran kepada orang mati, karena bukan perbuatan dan pula seluruh ibadah badaniah, seperti salat, haji dan tilawah Alquran, karena Rasulullah SAW tidak pernah mengutarakan yang demikian kepada pula pernah menyuruhnya secara sindiran dan tidak pula dengan perantaraan nas keterangan dan tidak pula para sahabat menyampaikan kepada umat muslim. Jika tindakan itu baik, tentu mereka telah terlebih dahulu pun mengenai sedekah yang pahalanya sampai kepada orang mati, ini memiliki penjelasan dalam hadis yang diriwwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda“Apabila seorang anak Adam meninggal dunia putuslah semua amal perbuatan yang menyampaikan pahala kepadanya kecuali tiga perkara, anak yang saleh yang berdoa kepadanya, sedekah jariah wakaf sesudahnya dan ilmu yang dapat diambil manfaatnya.” HR Bukhari dan MuslimSebenarnya ini semua termasuk usaha seseorang, jerih payahnya, sebagaimana tersebut dalam hadist “Sesungguhnya sebaik-baik yang dimakan oleh seseorang adalah hasil usahanya sendiri dan anaknya termasuk usahanya juga.” HR An Nasa’i dan Ibnu hibban.Sedekah jariah seperti wakaf adalah bekas usahanya, Allah SWT berfirmanاِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍInnā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamụ wa āṡārahum, wa kulla syai`in aḥṣaināhu fī imāmim mubīnArtinya “Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas Lauh Mahfuz.” QS Yasin 12Ilmu yang disebarkan lalu orang-orang mengikutinya dan mengamalkannya termasuk juga usahanya. Dan hal ini seperti diungkapkan dalam sebuah hadis sahih“Orang yang mengajak kepada suatu petunjuk maka baginya pahala yang serupa dengan pahala orang yang mengikuti petunjuk itu, tanpa mengurangi pahala orang yang mengikutinya sedikit pun.” HR MuslimImam Ahmad bin Hanbal dan sebagian besar pengikut Syafi’i berpendapat bahwa pahala bacaan sampai kepada orang mati, bila bacaan itu tidak dibayar dengan bila bacaan itu dengan upah sebagaimana biasa terjadi sekarang, maka pahalanya tidak sampai kepada orang ini karena haram mengambil upah untuk membaca Alquran, meskipun boleh mengambil upah dari mengajarinya. Termasuk ibadah yang pahalanya sampai kepada orang lain adalah doa dan Juga Kandungan Surah Al Maidah Ayat 2, Lengkap dengan Bacaan dan Tafsirnya2. Tafsir Al-MishbahM. Quraish Shihab dalam tafsirnya juga mengemukakan bahwa seorang manusia tidak memperoleh balasan selain dari apa yang telah Tafsir JalalainMenurut Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi “Dan bahwasanya bahwasanya perkara yang sesungguhnya itu ialah seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,yaitu memperoleh kebaikan dari usahanya yang baik, maka dia tidak akan memperoleh kebaikan sedikit pun dari apa yang diusahakan oleh orang lain.”Baca Juga Bacaan Surah Ar Rad Ayat 8 Lengkap dengan Makna dan Kandungannya4. Tafsir Ibnu KatsirMenurut Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi “Adapun firman Allah SWt dalam An-Najm, yaitu sebagaimana tidak dibebankan kepadanya dosa orang lain, maka demikian pula dia tidak memperoleh pahala kecuali dari apa yang diupayakan oleh dirinya ayat ini, Imam Syafii dan para pengikutnya menyimpulkan bahwa bacaan Alquran yang dihadiahkan kepada mayat tidak dapat sampai karena bukan termasuk amal perbuatannya dan tidak pula dari hasil itulah, Rasulullah SAW tidak menganjurkan umatnya untuk melakukan hal ini, tidak memerintahkan untuk mengerjakannya, dan tidak pula memberi petunjuk baik melalui nas hadis maupun makna yang tersirat ini tidak pernah pula dinukil dari para sahabat yang melakukannya. Seandainya hal ini bacaan Alquran untuk mayat merupakan hal yang baik, tentulah kita pun menggalakkannya dan berlomba mengenai amal taqarrub itu hanya terbatas pada apa-apa yang digariskan oleh nas-nas syariat, dan tidak boleh menetapkannya dengan berbagai macam hukum analogi dan pendapat mana berkenaan dengan doa dan sedekah yang pahalanya dihadiahkan buat mayat, hal ini telah disepakati para ulama, bahwa pahalanya sampai kepada mayat, dan juga ada nas dari syariat yang mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya, dari Abu Hurairah RA yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda“Apabila manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu anak saleh yang mendoakannya, atau sedekah jariyah sesudah kepergiannya atau ilmu yang bermanfaat.”Ketiga macam amal ini pada hakikatnya dari hasil jerih payah yang bersangkutan dan merupakan buah dari kerjanya, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis“Sesungguhnya sesuatu yang paling baik yang dimakan oleh seseorang adalah dari hasil upayanya dan sesungguhnya anaknya merupakan hasil dari upayanya.”Sedekah jariyah, seperti wakaf dan lain sebagainya yang sejenis, juga merupakan hasil upaya amal dan wakafnya seperti diungkapkan dalam surah Yasin ayat yang dia sebarkan di kalangan manusia, lalu diikuti oleh mereka sepeninggalnya, hal ini pun termasuk dari jerih payah dan amalnya. Di dalam kitab sahih disebutkan“Barang siapa yang menyeru kepada jalan petunjuk, maka baginya pahala yang semisal dengan pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka barang sedikit pun.”Baca Juga Kandungan Surah An Nas Lengkap dengan Bacaan dan TafsirnyaKandungan Surah An Najm Ayat 39Foto Suami Bekerja di Luar Negeri Foto Orami Photo StockIkhtiar adalah usaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai harapan, keinginan, atau cita-cita. Ketika seseorang menginginkan sesuatu, maka dirinya harus mau berusaha atau berupaya untuk surah An Najm ayat 39, Allah SWT bahkan berjanji akan memberi balasan sempurna kepada orang yang mau berusaha karena itu, setiap usaha atau ikhtiar untuk memenuhi kebutuhan hidup hendaknya diawali dengan niat karena Allah SWT yang memiliki kemuliaan di sisi Allah SWT adalah orang yang telah bekerja keras menafkahi keluarga dengan cara halal. Dan Allah SWT akan mengaruniakan pahala berlipat ganda kepada tersebut akan menjadi bekal meraih kebahagiaan di akhirat. Dan amal saleh yang telah dilakukan akan dibalas dengan surga yang merupakan balasan sempurna bagi hamba-hamba-Nya yang meraih surga, seorang hamba harus berikhtiar sekuat tenaga. Di antaranya dengan melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi hamba yang beribadah sekedarnya, maka akan dibalas juga sesuai usahanya. Demikian pula dalam urusan duniawi, setiap manusia akan mendapatkan sesuai hasil surah An Najm ayat 39 ini diharapkan dapat memompa semangat untuk terus berikhtiar di jalan Allah SWT dengan sungguh-sungguh.
Ketiga orang yang beramal shaleh dan beriman akan dijadikan kehidupan dunianya baik (QS An-Nahl: 97). Keempat, orang yang merawat anak-anak yatim dan mempergauli mereka dengan sebaik-baiknya (QS Al-Baqarah: 220). Kelima, para nabi dan rasul yang menjadi orang pilihan dan terkemuka di dunia (QS Al-Baqarah: 130, Ali Imron: 45, Al-Ankabut: 27).
Istimewanya seorang hamba memang tidak beramal karena apa pun kecuali karena Allah semata dan memperoleh rida-Nya. Namun, sedikit sekali hamba yang mampu mencapai tingkatan itu. Maka dari itu, para ulama hakikat memperbolehkan seorang hamba sebelum mencapai tingkatan ikhlas seperti di atas beramal dengan mengharap pahala yang dijanjikan-Nya. Banyak ayat dan hadits yang menunjukkan bentuk dan tingkatan balasan amal seorang hamba. Rasulullah saw. sendiri dalam salah satu haditsnya menyebutkan tingkatan-tingkatan tersebut. Antara lain dalam hadits berikut الْأَعْمَالُ خَمْسَةٌ فَعَمَلٌ بِمِثْلِهِ، وَعَمَلٌ مُوجِبٌ وَعَمَلٌ بِعَشْرَةٍ، وَعَمَلٌ بِسُبْعُ مِائَةٍ وَعَمَلٌ لَا يَعْلَمُ ثَوَابَ عَامِلِهِ إِلَّا اللَّهُ Artinya, “Amal-amalan itu ada lima. Ada amal yang dibalas dengan semisalnya. Ada amal yang mewajibkan. Ada amal yang dibalas sepuluh kali lipatnya. Ada amal yang dibalas tujuh ratus kali lipat. Dan ada amal yang tidak ada yang mengetahui pahala yang berhak diterima pelakunya kecuali Allah.” Pertama, amal yang dibalas dengan semisalnya adalah niat seorang hamba untuk beramal baik, hanya saja karena hal di liar kemampuannya amal itu gagal terlaksana. Itulah kemurahan Allah yang mencatat kebaikan hamba walaupun baru niatnya saja. Tak salah jika Rasululllah saw menyabdakan, “Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya.” Sebab, dengan niat baiknya, cahaya sudah terpancar dalam hatinya. Berikutnya, amal yang dibalas satu kali lipat adalah amal buruk seorang hamba. Itu pun tidak buru-buru dicatat, tetapi ditunggu terlebih dahulu hingga enam jam, barang kali hamba yang melakukannya memohon ampunan. Demikian seperti yang diungkapkan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya. صَاحِبُ الْيَمِينِ أَمِينٌ عَلَى صَاحِبِ الشِّمَالِ، فَإِذَا عَمِلَ حَسَنَةً أَثْبَتَهَا، وَإِذَا عَمِلَ سَيِّئَةً قَالَ لَهُ صَاحِبُ الْيَمِينِ امْكُثْ سِتَّ سَاعَاتٍ، فَإِنِ اسْتَغْفَرَ لَمْ يَكْتُبْ عَلَيْهِ، وَإِلَّا أَثْبَتَ عَلَيْهِ سَيِّئَةً Artinya, “Malaikat amal sebelah kanan adalah kepercayaan pemimpin malaikat amal sebelah kiri. Jika seorang hamba berbuat kebaikan, maka ia langsung mencatatnya. Namun, jika si hamba berbuat keburukan, maka ia berkata kepada malaikat sebelah kiri, “Tunggulah hingga enam jam. Jika hamba itu istighfar, maka amal buruknya itu jangan dituliskan. Tapi jika ia tidak bertobat, maka tulislah satu keburukan saja,” HR. ath-Thabrani. Kedua, amal yang mewajibkan. Maksudnya, amal dari hamba yang tidak menyembah siapa pun kecuali kepada Allah. Tidak meminta kepada siapa pun kecuali kepada Allah. Tidak menuju siapa pun kecuali kepada-Nya. Tidak keluar dari perintah-Nya dan tidak melanggar larangan-Nya. Maka baginya wajib balasan surga. Sebaliknya, hamba yang keluar dari perintah-Nya dan melanggar larangan-Nya, maka wajib bagi hamba tersebut balasan neraka. Ketiga, amal yang dibalas sepuluh kali lipatnya. Secara umum, amal seorang hamba dicatat Allah sepuluh kali lipatnya, sebagaimana yang diinformasikan dalam hadits berikut ini. الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أمثَالِهَا إلى سَبْعِمَائَةِ ضِعْفٍ، والسَّيِّئةُ بِمِثْلِهَا إلَّا أن يَتَجَاوَزَ اللهُ عَنْهَا Artinya, “Kebaikan itu dicatat sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipatnya. Sementara keburukan dicatat semisalnya kecuali diampuni oleh Allah.” Namun, ada pula amal tertentu yang dicatat sepuluh kali lipat dengan bentuk balasan yang berbeda. Contohnya seperti yang disampaikan malaikat Jibril kepada Rasulullah saw. يَا مُحَمَّدُ مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ مَرَّةً كَتَبَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ بِهَا عَشْرَ حَسَنَاتٍ، وَمَحَا عَنْهُ بِهَا عَشْرَ سَيِّئَاتٍ، وَرَفَعَ لَهُ بِهَا عَشْرَ دَرَجَاتٍ Artinya, “Wahai Muhammad, siapa saja yang bershalawat kepadamu satu kali, maka Allah akan mencatat untuk orang itu sepuluh kebaikan, menghapus darinya sepuluh keburukan, dan mengangkat untuknya sepuluh derajat,” HR. Ibnu Abi Syaibah. Keempat, amal yang dicatat tujuh ratus kali lipat. Amal yang mendapat balasan tujuh ratus kali lipatnya adalah amal berjihad di jalan Allah. Informasi balasan itu disampaikan secara jelas dalam ayat Al-Quran. مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ Artinya, “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti orang-orang yang menabur sebutir biji benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji,” QS. al-Baqarah [2] 261. Dalam konteks kekinian, jihad tidak saja berbentuk angkat senjata di medan pertempuran, tetapi apa pun yang dikerahkan dalam rangka menegakkan dan menghidupkan agama Allah, seperti membangun sarana ibadah, menghidupkan kegiatan dakwah, membina generasi pengamal Alquran, juga termasuk amaliah jihad atau berjuang di jalan Allah. Kelima, amal yang tidak mengetahui besaran balasannya kecuali Allah. Salah satu amal yang tidak diketahui besaran balasannya adalah amal puasa. Tentunya adalah puasa wajib, sebagaimana dalam hadits, “Aku akan membalas langsung ibadah puasa wajib.” Sebab, besaran balasan puasa sunat diketahui dalam beberapa hadits ada yang diampuni dosa satu tahun, dua tahun, dan seterusnya. Selain itu, masih ada amal-amal tertentu dari seorang hamba yang dikehendaki Allah mendapat balasan yang tak ternilai besarnya, sebagaimana yang ditegaskan dalam ayat berikut. وَاللَّهُ يُضاعِفُ لِمَنْ يَشاءُ وَاللَّهُ واسِعٌ عَلِيمٌ Artinya, “Allah melipatgandakan pahala bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui,” QS. al-Baqarah [2] 261. Itulah tingkatan dan gambaran balasan Allah bagi para hamba-Nya. Betapa murahnya Allah yang begitu teliti membalas kebaikan hamba-hamba-Nya. Di saat hamba-Nya berbuat baik, Dia balas sepuluh kali lipat, tujuh kali lipatnya, bahkan sampai tak terhingga. Namun, di kala hamba-Nya berdosa, Allah tangguhkan hingga beberapa saat, barang kali ia bertobat. Kendati tak bertobat, maka dicatat-Nya satu kesalahan saja. Wallahu a’lam bis shawab. Ustadz Tatam Wijaya, alumnus Pondok Pesantren Raudhatul Hafizhiyyah Sukaraja-Sukabumi, Pengasuh Majelis Taklim “Syubbanul Muttaqin” Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.
AllahSwt. memerintahkan hamba-Nya untuk memperbanyak istighfar. Arti istighfar adalah . a. memohon ampun kepada Allah Swt. b. memohon pertolongan kepada Allah Swt. c. memohon keselamatan kepada Allah Swt. d. memohon kemudahan kepada Allah Swt. 70. Hamba Allah Swt. yang saleh akan mendapat balasan sempurna berupa. a. mahir berbahasa Arab
— Berbahagialah manusia yang mendapat status ibadurrahman atau menjadi hamba-hamba Allah Yang Mahapengasih. Maka Allah SWT akan memberikan segala kenikmatan, perlindungan, kasih sayang kepada hamba-Nya itu. Pendakwah yang juga Wakil Ketua Lembaga Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr KH Shobahussurur Syamsi, menjelaskan dalam Alquran terdapat banyak ayat yang menjelaskan tentang siapa-siapa saja manusia yang mendapat status sebagai ibadurrahman. Seperti digambarkan pada surat Fathir ayat 28 وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ “Dan demikian pula di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahapengampun.” Menurut Kiai Shobah ibadurrahman berarti adalah hamba yang takut kepada Allah SWT yang disebut ulama. Maka menurut Kiai Shobah seorang ulama sejatinya bukan saja orang yang memiliki keilmuan yang luas namun memiliki takut kepada Allah SWT. "Jadi mestinya semakin banyak ilmu semakin tunduk, patuh, berislam, berpasrah, takut kepada Allah SWT. Itulah ibadurrahman yang menjadi ulama," kata Kiai Shobah saat mengisi kajian yang diselenggarakan Majelis Tabligh Muhammadiyah di Masjid At Tanwir Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta Pusat yang juga disiarkan secara virtual beberapa waktu lalu. Selain itu ibadurrahman juga adalah hamba-hamba Allah SWT yang diberikan warisan yakni Alquran sebagaimana digambarkan dalam surat Fathir ayat 32. ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ “Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” Menurut Kiai Shobah, dalam ayat tersebut diketahui bahwa ada tiga model Muslim yang menerima Alquran. Pertama disebut dzalimun linafsih yaitu orang Muslim yang telah diwariskan Alquran tapi tidak memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Maksudnya orang tidak membacanya, mengkajinya, dan mengamalkan Alquran. Baca juga Mualaf Erik Riyanto, Kalimat Tahlil yang Getarkan Hati Sang Pemurtad Kedua, muqtashid yakni orang Muslim yang setengah-setengah dalam mengamalkan Alquran maksudnya ia membaca dan mengamalkan Alquran secara tanggung dan masih terus berbuat maksiat atau amalnya masih setengah-setengah atau pertengahan. Ada juga model sabiqun bil khairat atau orang-orang yang senantiasa berlomba-lomba menjadi yang terbaik. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
BalasanKebaikan adalah Ridha Allah Swt. Kebaikan adalah segala sesuatu yang baik, yang bernilai baik, dan dipandang baik, baik menurut agama maupun menurut adat (kebiasaan). Allah Swt menyuruh hamba-hambanya untuk berbuat kebajikan. Rasulullah saw menyuruh umatnya untuk melakukan kebaikan. Kebaikan dalam agama adalah seluruh sifat, keadaan
Oleh HA Siraj Munir ألحَمْدُ لِلّهِ. ألحَمْدُ لِلّهِ الذِي جَزَى العَامِلِيْنَ. وأحَبَّ الطَّائِعِيْنَ. وَأبْغَضَ العَاصِيْنَ. أشْهَدُ أنْ لاَ اِلهَ اِلااللهُ. وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمّدًا رَسُوْلُ اللهِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمّدٍ الهَادِي اِلَى صرَاطِكَ المُسْتَقِيْمِ. وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ الْقَوِيْمِ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اتَّقُوْاللهَ الّذِي لا اِلهَ سِوَاهُ وَاعْلَمُوا أنَّ اللهَ أمَرَكُمْ بِالطَّاعَةِ والْعِبَادَةِ. وَنَهَاكُمْ بِالظُّلْمِ وَالْمَعْصِيَةِ. فَلا يَكُوْنُ ذلِكَ اِلاَّ لِخُسْرَانِكُمْ وَهَلالِكُمْ. وَلَكِنِّ اللهَ يَرْحَمُكُمْ وَأنْزَلَ نِعَمَهُ عَلَيْكُمْ. فَأَطِيْعُوْهُ وَاعْمَلُوا الصَّالِحَاتِ وَاجْتَنِبُوا عَنِ السَّيِّئَاتِ. لِأَنَّ اللهَ جَزَى أَعْمَالَكُمْ. أَثَابَكُمْ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ. وَعَذَّبَكُمْ بِسَيّءِ أَفْعَالِكُمْ Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia Umat Islam tentu mengetahui, mengakui dan menyadari dengan sepenuhnya, bahwa dirinya diciptakan oleh Allah SWT dari tidak ada menjadi ada; dari tidak berdaya menjadi berdaya, dan berdaya upaya; dari lemah menjadi dapat berbuat sesuatu; dari menangis menjadi kuat dan perkasa serta menguasai alam ini. Itu semua bertujuan agar manusia selalu mengabdi kepada-Nya. Kita diciptakan bukan supaya bermusuh-musuhan, bukan untuk saling membunuh, bukan untuk berfoya-foya, bukan untuk bersanang-senang yang dapat melupakan Sang Pencipta Allah Rabbul Alamin, juga bukan untuk berbuat kerusakan. KIta diciptakan semata-mata untuk beribadah dan mengabdi kepada-Nya. Pengabdian hamba yang baik dan ihlas pasti tidak akan sia-sia. Karena disamping hal itu merupakan bukti kepatuhan dan ketaatan kepada penciptanya, kita juga akan diberi imbalan, balasan yang berupa kebahagiaan di dunia dan akhirat. Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia Manusia adalah makhluk sosial, makhluk bermasyarakat yang tida bisa hidup sendiri, tapi membutuhkan orang lain. Manusia yang menginginka keturunan pun membutuhkan manusia yang lain. Manusia yang baru dilahirkan dari rahim ibunya tidak berdaya dan tidak dapat berbuat sesusatu, kecuali bergerak dan menangis. Nah, pada saat-saat demikian inilah ia membutuhkan pertolongan orang lain, seperti bidan, dan lain-lain. Manusia yang meninggal dunia tidak bisa memandikan diri sendiri, membungkus dirinya dengan kain kafan, bersembahyang dan mengubur dirinya sendiri, akan tetapi harus dimandikan dibungkus dan dikafan, disembahyangkan dan dikubur oleh orang lain Bahkan untuk makan sesuap nasi pun manusia membutuhkan kerja sama dengan berbagai orang. Mereka akan menerima pahala dan siksa dari Allah besok di akhirat, menurut baik dan buruk yang dikerjakannya. Oleh karena itu, manusia yang akan mengerjakan sesuatu pekerjaan, pasti akan berfikir terlebih dahulu, apakah yang akan dikerjakan itu termasuk kebaikan ataukah keburukan, ketaatan atau kemaksiatan dan kedurhakaan? Apabila yang dikerjakan itu ternyata kebaikan dan ketaatan, pasti ia mendapat pahala. Tapi apabila ternyata keburukan, kemaksiatan dan kedurhakaan, pasti akan mendapat siksa dari Allah SWT. Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia Jadi manusia akan mendapat pahala karena amal baiknya, dan mendapat dosa dan siksa karena amal jeleknya. Seperti yang difirmankan Allah SWT dalam Al-Qur’an surat az-Zalzalah ayat 7-8 فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَه. وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia melihat balasannya . Dan barangsiapa yang mengerjakan kejehatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula.” Yang tersebut tadi adalah pahala dan dosa akibat perbuatan sendiri, bukan karena orang lain. Dalam Islam memang tidak ada dosa warisan. Sehingga anak tidak akan menerima bagian sedikit pun dari dosa dosa orang tuanya. Nabi adam AS dan ibunda Hawa pernah melanggar larangan Allah SWT, sedikit pun kita umat manusia sebagai keturunannya tidak diberi dosa warisa dari beliau. Siapa yang berbuat kebaikan, akan mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dan siapa yang berbuat kejahatan, akan mendapat siksa dari-Nya. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 286 لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ “Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakan dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya.” Islam menegaskan, bahwa setiap bayi yang keluar dari rahim ibunya itu suci, tidak berdosa sampai ia dewasa. Dan apabila ia telah menjadi orang yang dewasa, maka barulah amal perbuatannya itu dicatat sebagaimana lainnya, yang baik diberi pahala dan yang jahat diberi dosa. Hadis Nabi Muhammad SAW Yang diriwayatkan Abu Ya’la dalam Musnad Tabrani dan Baihaqi menerangkan sebagai berikut كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أوْ يُمَجِّسَانِهِ “Tiap-tiap bayi itu dilahirkan dalam keadaan suci bersih sehingga menjadi fasih lisannya, lalu ayah ibunya menjadikan orang beragama Yahudi, Kristen atau Majusi.” Dan hadis lain yang diriwyatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Dawud dan al-Hakim menerangkan sebagai berikut رُفِعَ الْقَلَمُ عَلَي ثَلَاثَةٍ عَنِ الْمَجْنُوْنِ الْمَغْلُوْبِ عَلَي عَقْلِهِ حَتَّى يَبْرَأَ وَعَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظُ وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ “Pena malaikat itu diangkat maksudnya perbuatan manusia tidak ditulis, tidak dicatat dari tiga macam orang 1. Orang gila hingga ia sembuh gilanya. 2. Orang yang tidur hingga ia terjaga bangun dari tidurnya, dan 3. Anak kecil hingga ia menjadi baligh dewasa." Dalam surat an-Najm ayat 38-41diterangkan sebagai berikut أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى. وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى. وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى. ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاء الْأَوْفَى “Bahwasannya seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwasannya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang bahwasannya usahanya itu kelak akan diberi balasan yang paling sempurna.” Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia Dengan demikian, kita dituntut untuk berbuat kkebajikan sebanyak-banyaknya. Karena kita sendirilah yang akan menerima balasan pahala darinya disamping kebehagiaan duniawi. Kita juga dituntut menjauhi kejahatan, kedurhakaan dan kemaksiatan agar menjadi orang yang selamat di dunia dan akhirat. Apabila kita perhatikan firman-firman allah SWT dan sabda-sabda Nabi Muhammad SAW tadi, kita akan dapat memetik kesimpulan sebagai berikut 1. Manusia dilahirkan dalam keadaan suci, tidak mempunyai dosa, baik akibat perbuatannya sendiri maupun akibat perbuatan orang tua atau leluhurnya. 2. Semua pahal atau siksa yang diberikan Allah SWT kepada manusia adalah balasan yang setimpal dari perbuatannya sendiri, baik secara langsung maupun tidak. مَنْ سَنَّ فِيْ الْاِسْلاِمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أنْ يَنْقُصَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْئٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْاِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُمَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أنْ يَنْقُصِ مِنْ أوْزَارِهِمْ شَيْئٌ “Barangsiapa memberikan contoh yang baik dalam Islam maka baginya pahala dan pahala orang yang mengerjakannya sesudahnya tanpa dikurangi sedikit pun dari pahala mereka, dan barangsiapa yang memberikan contoh jelek dalam Islam maka atasnya dosanya dan dosa orang yang mengerjakan sesudahnya tanpa dikurangi sedikit pun dari dosa dosa mereka." Sehubungan dengan hadis tersebut, Allah SWT berfirman dalam surat Yasin Ayat 12 sebagai berikut إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ “Sesungguhnya kami menghidupkan orang orang mati dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata lauh-mahfudz." Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa 1. Kita hendaknya memperbanyak amal shalih demi keselamatan dan kebahagiaan didunia dan akhirat. 2. Kita hendaknya menghindar dari berbuat maksiat agar selamat dari siksa Allah SWT 3. Kita dituntut memberikan contoh-contoh yang baik menurut pandangan Islam, agar mendapatkan pahala perbuatan itu dan pahala orang-orang yang meniru serta mengikutinya sampai hari kiamat 4. Kita dilarang berbuat maksiat atau memberikan contoh-contoh yang jelek menurut pandangan Islam, agar tidak mendapatkan dosanya dan dosa-dosa orang orang yang mengikuti jejaknya sampai hari kiamat. اِنَّ أَحْسَنَ الْكَلاَمِ كَلامُ اللهِ الْمَلِكِ الْعَلّامِ. وَاللهُ يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِي الْمُهْتَدُوْنَ. وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُواْ لَهُ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ. أعُوْذُ باللهِ مِنَ الشّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَه. وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ. بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. اِنّهُ تَعَالَى جَوَّادٌ كَرِيْمٌ رَحْمَانٌ رَحِيْمٌ
Majukanlahhamba ke gerbang surga," katanya merajuk. "Bukankah telah kauberikan perjanjianmu untuk tidak meminta yang lain selain ini. Bagaimana engkau hai anak Adam! Alangkah khianatnya dirimu," firman Allah menjawabnya. Si hamba lantas bersembah, "Aduh Tuhanku," serunya merajuk, demikian Dia menginginkannya.
Beberapa orang dari kalangan sufi mengatakan bahwa amal ibadah yang dilakukan karena mengharapkan pahala, apalagi karena takut mendapatkan siksa jika meninggalkannya, menunjukkan rendahnya kualitas amal seseorang. Hal ini sebagaimana dikutip oleh Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam sebuah kitabnya sebagai berikut وما وقع في كلام بعض اهل التصوف مما نقصا أو انحطاطا في حال من يعمل غلى رجاء الثواب أو خوف العقاب. Artinya “Sebagaimana terdapat dalam ucapan sebagian ahli tasawuf tentang rendahnya kualitas seseorang yang beramal karena mengharap pahal atau takut siksa” lihat Nafaisul Uluwiyyah fi al-Masail al-Sufiyyah [Dar al-Hawi, Cetakan I, 2003], hal. 51. Tentu saja pernyataan itu membuat banyak orang awam mengalami kebingungan karena faktanya sebagian besar dari mereka beribadah karena adanya pahala dan dosa sebab hal ini merupakan janji Allah sebagaimana disebutkan di dalam dua ayat Al-Qur’an sebagai berikut وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ Artinya “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, bahwa untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” QS al-Maidah 9. ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ شَآقُّوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ ۖ وَمَن يُشَآقِّ ٱللَّهَ فَإِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ Artinya “Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” QS al-Hasyr 4. Atas pernyataan dari sebagian kalangan sufi di atas, Sayyid Abdullah al-Haddad memberikan tanggapan di halaman yang sama dalam kitab tersebut sebagai berikut بأن ذالك رجاء محمود وسعي مبارك مشكور. وعليه يعمل السلف والخلف من صالحي المؤمنين، فإن العبد خلق ضعيفا فقيرا لا غني به عن فضل ربه الغني الكبير. Artinya “Sesungguhnya beramal karena mengharapkan pahala adalah perbuatan terpuji, usaha yang penuh barakah dan menguntungkan. Orang-orang salaf dan khalaf masyarakat dulu dan sekarang dari kalangan mukminin yang saleh, beramal juga dengan berpengharapan seperti itu. Manusia sesungguhnya diciptakan dalam keadaan lemah dan fakir; ia membutuhkan karunia Tuhannya Yang Mahakaya.” Dari kutipan di atas dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut Pertama, beramal karena mengharapkan pahala bukanlah persoalan tercela. Amal seperti itu terpuji dan diberkati oleh Allah subhahanahu wa ta’ala. Mengharapkan pahala dari Allah sama saja mengharapkan balasan di akhirat. Jadi pahala itu bernilai ukhrawi dan bukan duniawi sehingga seseorang yang beramal karena mengharapkan pahala tetap tergolong seorang hamba yang ikhlas. Kedua, para salafussalih orang-orang salih zaman old dan khalafussalih oran-orang salih zaman now juga mengharapkan pahala dalam beramal ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka tidak mengharapkan balasan atau penghargaan yang bersifat duniawi seperti popularitas di tengah masyarakat, kedudukan terhormat, ataupun harta kekayaan yang berlimpah. Ketiga, manusia itu sesungguhnya lemah sepanjang zaman dan karenanya membutuhkan karunia Allah. Hanya Allah yang bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhan manusia dengan karunia-Nya. Karunia itu berupa pahala sebagai bekal hidup abadi di akhirat nanti. Namun demikian Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad tidak bermaksud menyalahkan pernyataan kalangan sufi sebagaimana disebutkan di atas. Justru beliau memberikan penjelasan apa yang sebenarnya mereka maksudkan sebagai berikut فذالك محمول على قصد التنبيه به على أن الذي يعمل لمجرد امتثال الأمر أفضل من الراجي والخائف والأمر كذالك Artinya “Ucapan itu mengandung maksud sebagai peringatan bahwa sesungguhnya beramal karena semata-mata ingin melaksanakan perintah Allah lebih utama daripada karena berharap mendapatkan pahala dan takut terkena siksa. Begitulah masalahnya.” Jadi, beramal semata-mata karena ingin melaksanakan perintah Allah lebih mulia daripada karena berharap mendapatkan sesuatu atau sebaliknya karena takut sesuatu. Logikanya jika seseorang beramal karena dijanjikan mendapatkan sesuatu, maka jika Allah tidak menjanjikan apa pun, maka orang tersebut tidak akan beramal. Demikian pula, jika seseorang beramal karena takut ancaman, maka ketika ancaman tidak ada, ia tidak akan beramal. Kesimpulannya, beramal karena berharap mendapatkan pahala diperbolehkan. Orang-orang dengan tipe seperti ini disebut oleh Sayyid Abdullah al-Haddad sebagai al-rajun. Demikian pula, beramal karena takut mendapat siksa jika meninggalkannya juga tidak menjadi persoalan. Orang-orang dengan tipe seperti ini disebut al-khaifun. Sedangkan orang-orang yang beramal semata-mata karena ingin melaksanakan perintah Allah disebut al-arifun. Ketiga tipologi itu, menurut Sayyid Abdullah al-Haddad, merupakan maqam-maqam di mana tipologi yang disebut terakhir merupakan yang tertinggi. Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama UNU Surakarta.
AllahSwt. memerintahkan hamba-Nya untuk memperbanyak istigfar. pertolongan kepada Allah Swt. c. Memohon keselematan kepada Allah Swt. c. Memohon kemudahan kepada Allah Swt. 10.Hamba Allah Swt. yang saleh akan mendapat balasan sempurna lagi: "Wahai Tuhan! Ia sudah berupa segumpal daging." Apabila Allah Swt. membuat keputusan untuk
Hamba Allah Subhanahu Wataala yang Shalih akan mendapatkan balasan yang sempurna berupa Surga Allah dan kekal di Shalih adalah orang yang menjalankan kewajiban terhadap Allah dan kewajiban terhadap sesama hamba Allah. Kedudukan shalih pun bertingkat-tingkat demikian definisi yang disebutkan oleh Ibnu Hajar di dalam kitabnya Fathul orang shalih itu bukan orang yang hanya memperhatikan ibadah kepada Rabbnya saja Vertikal, akan tetapi memperhatikan bagaimana akhlak kepada sesamanya Horizontal. Sebagaimana Hadits nabi Solallahu Alaihi Wassalam yang berbunyiإِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan baiknya akhlaq.” HR. AhmadAdapun balasan bagi orang shalih dapat dilihat dalam Firman Allah Subhanahu Wataala di dalam Al Quran Surat Al Bayyinah ayat 6-8 yang berbunyiإِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ 6 إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ 7 جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ 8 “Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik akan masuk ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah balasan bagi orang yang takut kepada Rabbnya.”Beberpa faedah yang dapat kita ambil dari surat tersebut adalahOrang kafir adalah ahli kitab Nasrani dan Yahudi dan orang-orang musyrikBalasan bagi orang kafir adalah neraka jahanam dan mereka kekal di dalamnyaOrang kafir adalah seburuk buruknya MakhlukOrang beriman dan beramal shalih adalah sebaik baiknya makhlukBalasan bagi mereka adalah surga Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalam surgaOrang Shalih orang yang takut kepada Allah Subhanahu WataalaDemikian, Semoga Membantu!Pelajari Lebih Lanjut 1. Materi tentang penghuni surga 2. Materi tentang penghuni neraka 3. Materi tentang orang beriman Detail Jawaban Kelas 7 Mapel Agama Bab Beriman Kepada Allat SWT Kode Kata kunci Orang Shalih, Beriman, Kafir TingkatkanPrestasimu
. hcn6ng0c1h.pages.dev/253hcn6ng0c1h.pages.dev/221hcn6ng0c1h.pages.dev/236hcn6ng0c1h.pages.dev/285hcn6ng0c1h.pages.dev/264hcn6ng0c1h.pages.dev/330hcn6ng0c1h.pages.dev/297hcn6ng0c1h.pages.dev/359hcn6ng0c1h.pages.dev/182
hamba allah swt yang saleh akan mendapat balasan sempurna berupa