CeritaRakyat Bengkulu, Legenda Putri Serindang Bulan. Cerita Rakyat Sumatera Utara : Legenda Asal Usul Danau Toba. Cerita Rakyat Nanggroe Aceh Darussalam, Kisah Banta Barensyah. Cerita Pendek Dongeng Fabel: Bangau Licik Dan Kepiting. Cerita Rakyat 3/Cerita Rakyat/post-list Dongeng Anak Tak berbeda dari daerah-daerah lainnya, Provinsi Bengkulu juga memiliki banyak sekali cerita menarik yang sayang kalau dilewatkan. Salah satunya adalah cerita Putri Serindang Bulan berikut ini. Kalau ingin tahu kisah lengkapnya, mending langsung dicek saja, yuk!Cerita Putri Serindang Bulan asal Bengkulu ini merupakan salah satu legenda yang wajib untuk kamu baca. Tak hanya seru, kisah ini juga memiliki pesan moral yang bisa diamalkan dalam kehidupan dari itu, cocok apabila kamu dongengkan ulang untuk adik, sepupu, keponakan, atau anakmu. Selain ringkasan cerita dan pesan moral, di sini nanti kamu pun bisa membaca ulasan unsur intrinsik dan fakta menariknya, Apakah kamu semakin tertarik untuk membaca cerita rakyat Putri Serindang Bulan asal Bengkulu ini? Kalau iya, nggak usah kebanyakan basa-basi lagi. Cek saja selengkapnya di bawah ini, ya! Selamat membaca!Cerita Rakyat Putri Serindang Bulan Asal Bengkulu Rumah Adat Bengkulu Sumber Nesaba Media Pada zaman dahulu kala, di daerah Bengkulu ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Raja Mawang. Kerajaan tersebut berpusat di kota Lebong. Raja memiliki tujuh orang anak yang terdiri dari enam orang putra dan seorang putri. Keenam putra tersebut bernama Ki Gete, Ki Ain, Ki Tago, Ki Geeting, Ki Jenain, dan Ki Karang Nio. Sementara itu, putri satu-satunya diberi nama Serindang Bulan. Ketika tiba saatnya pergantian tahta, Raja Mawang menunjuk Ki Karang Nio untuk menggantikannya. Ia diberi julukan Sultan Abdullah. Tak lama setelah itu, raja pun meninggal dunia. Sepeninggal sang raja, pada awalnya kerajaan masih aman, sentosa, dan terkendali di bawah pimpinan Ki Karang Nio. Hanya saja kemudian, terjadi konflik internal dengan saudara-saudaranya. Hal ini dikarenakan mereka merasa malu dengan keadaan adik bungsunya, Serindang Bulan. Bagaimana tidak? Setiap kali ada laki-laki yang melamarnya, tubuh wanita itu tiba-tiba terkena kusta. Penyakit itu akan hilang jika pertunangan batal. Kejadian tersebut terjadi berulang-ulang kali. Tentu saja, itu merupakan aib yang harus segera dihentikan. Para Saudara Laki-Laki Merundingkan Nasib Si Bungsu Pada suatu hari, keenam kakak Serindang Bulan memutuskan untuk mengadakan pertemuan rahasia. Mereka berunding untuk mencari cara menghilangkan aib tersebut. “Kita tidak bisa membiarkan hal ini terus terjadi. Nama kerajaan kita pasti akan menjadi semakin jelek di mata kerajaan lain. Kita harus melakukan sesuatu,” kata Ki Gete. Saudara-saudara yang lainnya pun menyetujui apa yang diucapakan oleh Ki Gete tersebut. Kemudian, Ki Geeting mengusulkan untuk mengasingkan si bungsu ke tempat yang sangat jauh. Akan tetapi, hal tersebut tidak disetujui oleh Ki Tago. Laki-laki itu kemudian berkata, “Kalau menurutku, sebaiknya kita bunuh saja Putri Serindang Bulan.” Tak mau ambil pusing, saudara-saudara yang lain langsung mengiyakan, kecuali Ki Karang Nio. Ia sebenarnya ingin protes, tetapi suaranya tentu akan kalah dengan suaranya kakak-kakaknya yang lain. Tak berhenti di situ saja, seolah ingin cuci tangan, kakak-kakak yang lain menunjuk Ki Karang Nio untuk membunuh Serindang Bulan. Sebagai bukti kalau telah melaksanakan tugas, laki-laki itu harus membawa pulang darah si bungsu di dalam sebuah tabung. Ia tentu saja sangat sedih. Mana mungkin dirinya tega membunuh saudara kandungnya sendiri. Terlebih lagi, keduanya memang lebih dekat jika dibandingkan dengan yang lain. Namun untuk saat ini, ia tidak bisa melakukan apa pun selain menyetujuinya. Baca juga Legenda Batu Golog dari Nusa Tenggara Barat dan Ulasan Lengkapnya, Sebuah Pesan Bijak untuk Para Orang Tua Berpamitan Setelah pertemuan tersebut, Ki Karang Nio pergi untuk menemui adik bungsunya dan menceritakan semuanya. Wanita muda itu tentu saja merasa sedih. Namun, ia hanya bisa pasrah menerima semuanya. Ia hanya berharap kalau apa pun yang terjadi nantinya, Tuhan akan selalu melindunginya. Lelaki itu pun hanya bisa meminta maaf pada adiknya itu. Karena hingga saat ini, ia masih belum bisa menemukan cara bagaimana untuk menyelamatkannya. Keesokan harinya, Ki Karang Nio membawa Serindang Bulan ke hutan untuk melakukan tugasnya. Namun sebelum berangkat, si bungsu memiliki sebuah permohonan. “Kak, bolehkah aku membawa bakoa tempat menaruh sirih dan ayam hirik milikku?” mohonnya. “Untuk apa kamu ingin membawanya?” tanya lelaki itu. “Nanti kalau aku sudah mati, tolong kuburkan aku bersama bakoa dan ayam hirik itu. Hanya itulah yang aku miliki, selain Kakak,” ucapnya lirih. Setelah permintaan disetujui oleh kakaknya, si bungsu itu pun pergi berpamitan dengan kakak-kakaknya yang lain. Tak lama kemudian, Ki Karang Nio dan Serindang Bulan pergi ke hutan. Sebuah Rencana yang Telah Disusun Rapi Dalam perjalanan menuju hutan, kakak beradik tersebut hanya diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Si bungsu tentu saja meratapi nasib malangnya. Sementara itu, sang kakak sedang berpikir keras bagaimana caranya untuk menyelamatkan adik kesayangannya. Hingga tak terasa tibalah mereka tengah hutan, tepatnya di tepi sungai Air Ketahun. “Sepertinya kita sudah berjalan cukup jauh. Lebih baik, kita berhenti di sini saja, Dik,” kata Ki Karang Nio. “Baiklah, Kak… Sekarang, Kakak bisa melakukan tugasmu. Aku siap,” kata Putri Serindang Bulan. “Kamu tak perlu bersedih lagi. Aku tidak akan pernah membunuhmu. Kakak macam apa yang tega mencelakai adiknya sendiri,” kata sang kakak. “Jangan seperti itu, Kak. Kalau tidak membunuhku, nyawa Kakak yang akan terancam. Tidak apa-apa, lakukan saja tugasmu,” desak si bungsu. “Dengarkan dulu, aku tidak akan membunuhmu. Aku akan membuatkanmu sebuah rakit dan susurilah sungai ini. Semoga saja ada orang baik yang mau menolongmu,” jelas Ki Karang Nio. “Sementara itu untuk bukti darah yang harus kubawa pulang, bolehkah aku menyayat tanganmu? Nanti, darahmu akan kucampur dengan darah binatang,” lanjutnya. Putri Serindang Bulan tentu saja menyetujui rencana kakaknya itu. Ia juga merelakan ayam hirik kesayangannya untuk diambil darahnya. Setelah semuanya selesai, Ki Karang Nio menyuruh adik perempuannya itu untuk naik ke rakit dan mengantar kepergiannya. “Hati-hati, Adikku. Semoga kamu selalu dilindungi oleh Tuhan yang Maha Kuasa. Suatu hari nanti, aku harap bisa bertemu lagi denganmu,” katanya sembari meneteskan air mata. Ketika Putri Serindang Bulan sudah hilang dari pandangannya, ia lalu bergegas pulang dan melapor kepada kakak-kakaknya kalau dirinya telah menyelesaikan tugas. Saudara-saudaranya percaya dan merasa puas setelah melihat bukti tabung yang dibawa olehnya. Baca juga Cerita Rakyat Batu Ajuang Batu Peti dan Ulasan Menariknya, Kebohongan yang Membuat Kapal Berubah Menjadi Batu Nasib Putri Serindang Bulan Setelah berhari-hari berada di atas rakit dan mengikuti arus air sungai, Putri Serindang Bulan akhirnya tiba di Pulau Pagai yang merupakan muara dari sungai Air Ketahun. Di sana, ia bertemu dengan Raja Indrapura yang kebetulan sedang berburu. Raja yang dikenal ramah tersebut kemudian bertanya mengapa ia bisa sampai di wilayahnya. “Putri Cantik, sedang apa kamu di tempat ini sendirian?” tanyanya. Mau tak mau, wanita itu pun menceritakan semuanya. Setelah mendengar penuturan Serindang Bulan, Raja Indrapura yang merasa iba kemudian membawanya pulang ke istananya di Negeri Setio Barat. Karena sering bertemu dan terbiasa, keduanya pun jatuh cinta. Beberapa bulan kemudian, Putri Serindang Bulan kemudian dilamar. Ajaibnya, kali ini penyakit kulitnya tidak kambuh. Pasangan yang berbahagia itu kemudian akan segera melangsungkan pernikahan. Akan tetapi, pernikahan tersebut tidak akan bisa terwujud tanpa adanya wali dari mempelai perempuan. Maka dari itu, sang raja kemudian mengirimkan utusan untuk memberi tahu kakak-kakak Serindang Bulan. Pernikahan Putri Serindang Bulan Sumber YouTube – Riri Kumalasari Selang beberapa hari kemudian, utusan Raja Indrapura datang ke Lebong dan memberitahukan kabar pernikahan tersebut. Kakak-kakak Serindang Bulan yang lain tentu saja merasa terkejut dan marah mengetahui fakta kalau adik bungsunya masih hidup. Tak lama setelah utusan pergi, mereka mengadakan rapat kembali. “Aku tidak menyangka kamu bisa melakukan hal seperti ini. Bisa-bisanya kamu mengelabuhi dan mengkhianati kepercayaan kami,” kata Ki Gete kepada Ki Karang Nio. Sebenarnya, kelima anak Raja Mawang yang lain merasa sangat marah dan hendak membunuh Ki Karang Nio. Namun, mereka mengurungkan niat karena harus menghadiri pernikahan Serindang Bulan di Negeri Setio Barat. Mereka tidak mau masalah menjadi semakin runyam. Pada tanggal yang telah ditentukan, rombongan Kerajaan Lebong tiba di Negeri Setio Barat untuk menghadiri pernikahan Putri Serindang Bulan. Mereka diterima dengan begitu baik di sana. Ki Karang Nio yang melihat Serindang Bulan untuk pertama kali setelah kejadian itu merasa lega dan bahagia sekali karena adiknya baik-baik saja. Si bungsu pun merasakan hal yang sama. Keduanya kemudian saling melepas rindu. Pernikahan Putri Serindang Bulan dan Raja Indrapura berjalan dengan lancar dan baik. Setelah itu, mereka mengadakan pesta yang cukup meriah untuk merayakannya. Semua orang pun bergembira. Baca juga Kisah Suri Ikun dan Dua Burung Beserta Ulasan Menariknya, Dongeng Adik Bungsu yang Dibenci oleh Kakak-Kakaknya Sebuah Akhir Setelah acara pernikahan selesai, kakak-kakak Serindang Bulan pulang kembali ke Lebong. Sebelum pergi, masing-masing dari mereka diberi hadiah berupa sekantong emas oleh Raja Indrapura. Dalam perjalanan pulang, naasnya kapal yang ditumpangi rombongan Kerajaan Lebong diterjang ombak besar dan karam. Mereka kemudian terdampar di Pulau Ipuh. Tidak ada barang yang tersisa, kecuali perhiasan milik Ki Karang Nio. Ternyata, kejadian tersebut merupakan sebuah teguran dari Yang Maha Kuasa. Kelima saudara yang lain rupanya memiliki niat jahat untuk menyingkirkan Ki Karang Nio. Mereka iri karena perhiasan yang diberikan kepadanya berjumlah lebih banyak. Mengetahui fakta yang terjadi, lelaki itu sama sekali tidak marah. Ia justru berkata, “Harta kalian adalah hartaku, hartaku adalah milik kalian. Apabila barang kalian hilang, maka aku akan memberikannya.” Kata-kata Ki Karang Nio tersebut tentu saja membuat saudara-saudara yang lain menjadi malu. Terlebih lagi, lelaki itu membagi perhiasannya kepada mereka sama rata. Dengan perasaan campur aduk, Ki Gete berkata, “Adikku, kamu memang begitu bijaksana. Pantaslah ayah memilihmu untuk menggantikannya menduduki tahta.” “Itu memang benar. Kami juga minta maaf karena telah berusaha mencelakaimu. Sekarang, kembalilah ke Lebong. Kita harus berpisah di sini karena kami berlima tak akan kembali.” Ki Karang Nio menghormati keputusan kakak-kakaknya. Ia kemudian pulang sendirian ke Lebong. Beberapa bulan setelah kembali, laki-laki tersebut kemudian memutuskan untuk menikahi seorang putri raja. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai dua orang anak laki-laki yang diberi nama Ki Pati dan Ki Pandan. Baca juga Kisah Si Kancil dan Si Gajah beserta Ulasan Lengkapnya, Fabel Menarik yang Mengandung Pesan Bermakna Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Putri Serindang Bulan Sumber Wikimedia Commons Tadi, kamu sudah menyimak ringkasan cerita Putri Serindang Bulan, kan? Nah selanjutnya, di sini kamu juga akan menemukan ulasan singkat mengenai unsur intrinsik yang membangun cerita tersebut. 1. Tema Inti cerita atau tema dari legenda Putri Serindang Bulan ini adalah tentang persaudaraan. Bukannya saling membantu saat sedang kesusahan, kakak-kakak sang putri, kecuali Ki Karang Nio, malah ingin menyingkirkan adik bungsunya karena dianggap aib keluarga. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada beberapa tokoh cerita rakyat Putri Serindang Bulan yang akan dibahas lebih detail. Yang pertama adalah Ki Karang Nio. Ia adalah seorang raja yang baik dan bijaksana. Selain itu, ia juga merupakan seorang kakak yang baik dan begitu menyayangi adiknya. Tokoh selanjutnya, tentu saja adalah Serindang Bulan. Ia merupakan seorang putri yang memiliki kepribadian yang baik. Ia patuh, tidak suka menyusahkan orang lain, dan tidak pendendam. Sementara itu, kelima kakak Ki Karang Nio adalah orang-orang egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Mereka juga suka iri dengan kepunyaan orang lain dan serakah. Dan, yang terakhir adalah Raja Indrapura. Laki-laki ini sangat baik dan bijaksana. Ia bahkan mau menolong Serindang Bulan yang dibuang oleh kakak-kakaknya yang jahat. 3. Latar dari Cerita Putri Serindang Bulan Seperti yang sudah kamu ketahui, legenda ini berasal dari daerah Bengkulu. Maka dari itu, secara umum latar tempat terjadinya berada di provinsi tersebut. Sementara itu, latar spesifiknya juga sudah disebutkan di dalam cerita, contohnya adalah istana, hutan, Sungai Air Ketahun, Pulau Pagai, dan Pulau Ipuh. Beberapa latar waktunya pun telah disebutkan, yaitu keesokan harinya, beberapa bulan kemudian, pada tanggal yang telah ditetapkan, dan lain-lain. Nah, untuk latar suasananya sendiri, kisah tersebut didominasi rasa sedih, kecewa, marah, dan bahagia. 4. Alur Cerita rakyat Putri Serindang Bulan ini menggunakan alur maju atau progresif. Kisahnya bermula dari sang putri yang tiba-tiba menderita penyakit kulit ketika bertunangan dengan seorang pria. Penyakit tersebut akan sembuh jika pertunangan itu batal. Nah, hal tersebut terjadi berulang kali sehingga membuat kakak-kakaknya, kecuali Ki Karang Nio, menjadi malu. Mereka kemudian menyuruh Karang Nio untuk membunuh si bungsu. Pada kenyataannya, lelaki itu tidak membunuhnya dan malah menyuruhnya kabur. Hingga kemudian, sang putri bertemu dengan seorang raja yang baik hati dan membuat penyakitnya sembuh. Di akhir cerita, kelima kakak dari Karang Nio dan Serindang Bulan mendapatkan pelajaran hidup yang begitu berharga. 5. Pesan Moral Kamu dapat mengambil beberapa amanat atau pesan moral dari cerita Putri Serindang Bulan ini untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pesan yang pertama adalah sesama saudara harus saling mendukung dan membantu. Jangan seperti kelima kakak Serindang Bulan yang malah berniat membunuh adik bungsunya hanya karena dianggap membawa aib keluarga. Selain itu, belajarlah untuk memaafkan dan tidak menaruh dendam pada orang yang telah berbuat jahat pada kita. Mungkin, hal tersebut kedengarannya begitu sulit. Hanya saja, kamu pasti bisa kalau mencobanya. Ketika bisa memaafkan, hidupmu pasti akan jauh lebih tenang. Tak hanya unsur-unsur intrinsik dari legenda asal Bengkulu ini saja yang patut kamu ketahui, tetapi unsur ekstrinsiknya juga. Unsur-unsur ekstrinsik tersebut biasanya meliputi latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang telah lama dipegang teguh. Baca juga Legenda Si Penakluk Rajawali Asal Sulawesi Selatan dan Ulasan Menariknya, Pelajaran Berharga tentang Ketulusan Fakta Menarik dari Cerita Rakyat Putri Serindang Bulan Asal Bengkulu Sumber Gibran Maulana – Cahaya Agency Setelah menyimak penjelasan unsur intrinsiknya, berikut ini ada fakta menarik tentang legenda di atas yang sayang sekali kalau dilewatkan. 1. Memiliki Versi Lain Kalau dalam versi lain, semua saudara Serindang Bulan adalah perempuan. Saudara-saudaranya mau menikah kalau si bungsu menikah duluan. Nah, setiap kali akan menikah, Serindang Bulan akan mengalami penyakit kulit yang akan sembuh ketika pernikahan batal. Hal tersebut terjadi berulang-ulang hingga membuat saudara-saudaranya yang lain malu. Kemudian mereka menyuruh anak keenam, yaitu Karang Nio untuk membunuh si bungsu. Namun, wanita tersebut mengelabui kakak-kakaknya yang lain dengan memberikan bukti darah dalam botol yang sebenarnya merupakan darah anjing hutan. Ia juga menyuruh adiknya untuk kabur. Singkat cerita, Serindang Bulan bertemu dengan Raja Alam yang kemudian mempersuntingnya. Namun pernikahan tersebut bisa terlaksana jika ada walinya. Kemudian raja, mengirim utusan untuk mengundang semua kakaknya. Meski terkejut dan marah, kelima kakak Serindang Bulan datang ke pernikahan si bungsu. Hanya saja, mereka mengajukan mahar pada raja sebagai syarat menikahi adiknya. Raja setuju asalkan mereka bisa mengenali adiknya sendiri, jika tidak mereka akan dihukum. Sebelumnya, sang raja telah menyiapkan beberapa gadis yang didandani mirip dengan Serindang Bulan. Pada awalnya, kelima kakak tertua tidak dapat mengenali dengan benar. Beruntungnya, Karang Nio bisa mengenali si bungsu sehingga mereka semua tidak dijatuhi hukuman. Mereka kemudian mendapatkan mahar yang dimau. Dan yang terpenting, Serindang Bulan juga mau memaafkan mereka semua. Baca juga Dongeng Ali Baba dan 40 Pencuri Beserta Ulasan Lengkapnya, Pelajaran tentang Ketamakan Sudah Puas Menyimak Cerita Rakyat Putri Serindang Bulan Ini? Demikianlah kisah Serindang Bulan asal daerah Bengkulu yang bisa kamu simak di PosKata. Gimana? Seru banget, kan? Nggak cuma menghibur, tetapi juga sarat dengan nilai hidup. Selanjutnya, kalau kamu masih ingin membaca legenda nusantara yang lain, mending langsung cek saja artikel-artikel di sini yang tentunya nggak kalah seru. Contohnya adalah I Laurang asal Sulawesi Selatan, Buaya Perompak dari Lampung, asal-usul Cendrawasih dari Papua, dan masih banyak lagi. Kalau mencari cerita hewan, kisah para nabi, dan dongeng Barat juga ada, lho. Pokoknya lengkap banget, deh! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorElsa DewintaElsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar. Tentusaja dalam hal ini, hadrah menjadi bagian yang penting dalam perayaan maulid. Dalam konteks ritual masyarakat Lampung, seni hadrah dapat menjadi "seni sakral.". Namun, dalam konteks tertentu, seni hadrah tidak selalu berada dalam ritual, ia dapat hanya menjadi "tontonan yang menuntun," kata Nurdin.

Dahulu kala di Bengkulu hiduplah tujuh perempuan bersaudara anak dari raja Wawang. Dari tujuh bersaudara itu putri bungsunya yang bernama Putri Serindang Bulan terkenal sangat cantik ,baik hati dan bijaksana. Kecantikan dan kebaikan Putri serindang Bulan sudah terkenal sampai ke pelosok negeri bahkan smpai negeri sebrang , sehingga banyak sekali para pangeran ingin meminangnya. Tetapi , ia selalu menolaknya dengan alasan kakaknya yang harus menikah terlebih dahulu. Keenam kakanya sebenarnya juga sudah memiliki rencana akan menikah setelah putri serindang bulan menikah , maka atas bujukan semua kakaknya , putri serindang bulan akhirnya mau menikah terlebih lama kemudian , datang seorang pangeran tampan melamar putri serindang bulan, sang putri pun dengan senang hati menerima pinangan tersebut. Akan tetapi , menjelang pernikahannya , putri rindang bulan mendadak menjadi buruk rupa , dan tidak satu orangpun tega melihat keadaan pangeran pun kecewa dan membatalkan pernikahannya dengan putri serindang setelah pangeran tersebut memutuskan untuk tidak menikahi dan pergi meninggalkan kerajaan , tiba-tiba wajah Putri serindang Bulan menajdi cantik jelita kembali seperti sedia tersebut terjadi selama sembilan kali. Setiap ada pangeran ingin menikahinya , wajahnya selalu berubah menjadi jelek dan akan kembali cantik jelita bila sang pangeran sudah meninggalkan kerajaan merasa malu akan kejadian itu terlebih-lebih keenam kakaknya. Pada suatu hari keenam saudarinya merencanakan untuk menyingkirkan Putri Serindang Bulan karena diangap sebagai sumber masalah , dan karena Putri serindang Bulan pulalah mereka tidak bisa melangsungkan pernikahan karena merekla sudah berjanji akan menikah setelah adik sulungnya menikah lebih keenam saudarinya menunjuk Karang Nio, salah satu kakanya yang paling dekat dengan Putri serindang Bulan , untuk melakukan aksi jahat itu. Mereka juga meminta bukti setabung darah Putri seindang Bulan , sebagai bukti kalau sang Putri sudah berat hati Karang Nio menyetujui persyaratan itu. Dan pergilah Karang Nio dan putri Serindang Bulan berjalan - jalan ke dalam Putri Serindang Bulan tidak curiga sedikitpun , namun ketika Karang Nio mengajaknya masuk lagi ke dalam hutan yang lebat , ia mulai curiga dan Karang Nio merasa sedih dan tidak tega melihat adiknya ketakutan kan lebatnya hutan , maka dia berterus terang pada adiknya tentang niatnya saat itu , dan keinginan kakak- kakaknya yang lain bahwa ia akan disingkirkan. Mendengar semua cerita kakaknya , Putri serindang Bulan merasa sangat bersedih , karena dia tidak pernah menyangka kalau kakaknya sanggup melakukan rasa sayangnya kepada kakaknya , Karang nio , sang putri pun meminta kakaknya untuk meneruskan rencana itu , karena dia tidak mau kalau Karang Nio akan mendapat masalah di kerajaan nanti dengan saudaranya yang lain. Karena rasa sayangnya kepada Adiknya maka Karang Nio mempunyai akal untuk menggantikan darah adiknya dengan darah anjing hutan , lalu darah itu dimasukkannya dalam tabung sesuai permintaan saudara-saudaranya yang lain. Lalu Karang Nio menyuruh adiknay untuk menaiki rakit guna menyusuri sunga Ulau Deus. setelah beberapa hari , rakit Putri serindang Bulan menepi di daerah Muara setahun dan ia tinggal suati ketika , perahu milik Raja Indrapura bernama Tuanku Raja Alam melewati Muara Setahun. Sang raja melihat sinar kemilau dari atas bukit. Dan rasa penasarannya telah menuntunnya ke atas bukit untuk mengetahui dari mana asal cahaya tersebut, ternayata itu berasal dari dalam rumah Putri Serindang Bulan. Raja alam pun terkejut ketika mengetahui bahwa pemilik rumah tersebut adalah seorang Putri sangat cantik Alam terpesona akan kecantikan Putri Serindang Bulan , dan sang putri pun menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya kepada sang sang Raja mengajaknya untuk tinggal di kerajaan Indrapura. Akhirnya Raja Alampun memutuskan untuk menikahi sang putri , tetapi para penghulu kerajaan menyarankan kepada sang Raja untuk menunggu beberapa hari , apakah wajah sang putri menjadi buruk atau tidak , ternyata setelah ditunggu selama 3 hari , ternyata wajah Putri Serindang Bulan tetap cantik Raja pun senang dan mengutus beberapa utusan untuk memberitahukan kepada Raja Wawang bahwa ia akan menikahi Putri Serindang Bulan. Mendengar kabar bahagia tersebut membuat kaka- kakaknya di kerajaan menjadi sangat terkejut dan bingung, lalu merekapun ramai-ramai menyalahkan Karang Nio yang tidak melakukan apa yang mereka gagal melenyapkan Putri Setindang Bulan untuk selamanya. Dengan perasaan yang tercampur aduk akhirnya mereka berenam datng ke kerajaan Raja Alam untuk menghadiri pernikahan adiknya tentu saja bersama dengan Raja Wawang dan di kerajaan Indrapura keenam saudara Putri serindang Bulan mengajukan mahar yang sangat besar kepada Raja Alam sebagai syarat pernikahan Putri serindang Bulan dan Raja keiinginan mereka akan dipenuhi dengan satu syarat mereka harus mengenali adik mereka sendiri karena jika tidak maka mereka semua akan dihukum. Raja Alam kemudian menyiapaka enam orang gadis untuk didandani menyerupai Putri Serindang saudarinya diminta untuk menunjukkan yang mana Putri serindang Bulan yang kelima saudaranya yang lain gagal mengenali adiknya sendiri kecuali Karang Nio yang berhasil mengenali adiknya Putri serindang Bulan. Akhirnya kelima saudaranya yang lain tidak dihukum , mereka sudah dimaafkan oleh Putri serindang Alampun menikah dengan Putri serindang keenam saudaranya mendapatkan setabung bambu berisi emas sebagai mahar dari Raja Alam.

Barubaru ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Bengkulu Melalui UPTD taman Budaya menyelenggarakan Lomba cerita rakyat dengan Thema "mengangkat Kisah Lama di Era Modern" Kegiatan lomba ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mengangkat kembali keberagaman cerita rakyat se-propinsi Bengkulu yang banyak mengandung ajaran budi pekerti dan pesan moral dalam setiap ceri tanya. cerita

Berikut ini kumpulan cerita rakyat, dongeng, dan legenda yang ada di tengah-tengah masyarakat Provinsi Bengkulu terletak di bagian barat daya pulau Sumatra, berbatasan dengan Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, dan Sumatera dikumpulkan dari berbagai sumber lihat referensi. Jika ada cerita terbaru, akan segera ditambahkan. Semoga bermanfaat. Konon, dahulu kala berdiri sebuah kerajaan bernama Kutei Rukam yang dipimpin oleh Raja Bikau Bermano. Sang Raja mempunyai delapan orang putra. Suatu ketika, Raja Bikau Bermano hendak melangsungkan upacara perkawinan putranya yang bernama Gajah Meram dengan seorang putri dari Kerajaan Suka Negeri yang bernama Putri Jinggai. Pihak istana kerajaan Kutei Rukam kemudian menyiapkan segala sesuatunya untuk melangsungkan pernikahan semeriah mungkin. Di Provinsi Bengkulu ada sebuah daerah bernama Keramat Riak. Dahulu, daerah tersebut ditinggali oleh sekelompok masyarakat yang dipimpin oleh seorang raja kejam bernama Riak Bakau. Raja Riak Bakau tidak segan-segan akan menghukum siapa saja yang berani menentangnya. Hingga suatu ketika, ada sebuah kejadian yang membuat Keramat Riak berubah menjadi sebuah hutan lebat dan seluruh penduduknya menjelma menjadi kera. Berdasarkan legenda, zaman dahulu kala di Bengkulu, terdapat sebuah telaga. Masyarakat Bengkulu saat itu menyebutnya dengan nama telaga Dewa, karena mereka mempercayai bahwa telaga tersebut merupakan tempat membersihkan diri para dewa dari kahyangan saat bulan purnama. Masyarakat tidak berani mendekati telaga Dewa karena percaya bahwa telaga Dewa merupakan tempat keramat. Menceritakan tentang seekor anak kucing pemalas dan ibunya. Alkisah zaman dahulu, di sebuah hutan lebat, hidup seekor induk kucing dengan anaknya. Si induk kucing sangat menyayangi anaknya, karenanya ia selalu memanjakan anaknya. Setiap hari ia selalu mencari makan untuk anaknya, bahkan ketika anaknya sudah mulai besar. Akibatnya, si anak kucing tumbuh menjadi seekor kucing pemalas. Menurut cerita, kerajaan Sungai Serut menjadi terkenal hingga ke berbagai negeri bukan saja karena kepemimpinan Ratu Agung, tetapi juga oleh kecantikan Putri Gading Cempaka. Meski usia Putri Gading Cempaka baru beranjak remaja, namun kecantikan wajahnya sudah terlihat nampak mempesona bagai bidadari. Sudah banyak pangeran datang untuk meminangnya, namun Ratu Agung menolak semuanya karena sang Putri masih belum cukup umur. Alkisah pada zaman dahulu, hidup seorang raja muda beserta istrinya, bernama Putri Gani. Mereka hidup berbahagia di istana kerajaan bersama dua orang anak mereka, seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Halaman istana kerajaan sangatlah luas, dihiasi oleh taman bunga tertata rapi. Di depan halaman istana terdapat sebuah batu besar berwarna kuning gading yang datar permukaannya, bernama Batu Amparan Gading. Raja Muda biasa menghabiskan waktu santainya bersama keluarga dengan duduk-duduk diatas Batu Amparan Gading. Menurut legenda, ada seorang pangeran yang dikutuk menjadi ular. Namun akhirnya sang pangeran berhasil menghapus kutukan setelah menikahi seorang gadis. Ia adalah seorang gadis yang semula hendak meminta bantuan untuk menyembuhkan ibunya yang tengah sakit. Ulang Ndaung menyanggupi membantunya asal si gadis mau memenuhi syarat untuk menjadi istrinya. Alkisah dahulu kala di Bengkulu hidup seorang raja bernama Raja Wawang yang memiliki tujuh orang anak perempuan. Dari ketujuh bersaudara, Putri Serindang Bulan merupakan putri paling bungsu. Putri Serindang Bulan juga terkenal paling cantik. Telah banyak laki-laki ingin meminangnya tapi selalu ia tolak dengan alasan tidak ingin melangkahi keenam kakaknya. Bujang Awang Tabuang adalah tentang seorang pemuda tampan lagi sakti mandraguna. Ia merupakan putra Raja Kramo Kratu Agung dan permaisurinya Putri Rimas Bangesu. Karena dianggap tidak mampu memberikan keturunan, Putri Rimas Bangesu diasingkan ke tengah hutan oleh suaminya sendiri atas nasehat penasehat kerajaan. Kedua orang tua Dimun dan Meterei sangat sibuk bekerja sampai-sampai tidak sempat mendidik anak-anak mereka. Mereka mencari nafkah dengan cara bertani, mencari ikan, dan membuat kerajinan seperti bubu, baronang, serta bakul untuk mereka jual di pasar. Karena kesibukan mereka, sebagai akibatnya, Dimun dan Meterei tumbuh menjadi anak berperangai buruk. Kedua anak mereka sering berkata-kata kasar, mencemooh orang lain, dan sangat nakal. Menurut cerita, asal mula nama Bengkulu berawal saat terjadi peperangan antara Kerajaan Aceh dengan Kerajaan Serut. Pangkal masalahnya adalah penolakan lamaran Putra Raja Aceh oleh Raja Anak Dalam Muara Bengkulu, Raja Kerajaan Serut. Peperangan terjadi antara kedua kerajaan tersebut dengan hebatnya tanpa ada pihak menang maupun pihak kalah. Referensi Prahana, Naim Emel. 1988. Cerita Rakyat Dari Bengkulu 2, Jakarta Grasindo Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Buku Pintar. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, Seru.
Dalamcerita yang percayai di Jurukalang Bukau Bembo yang menikah dengan salah satu Puteri Ajai Siang yang bergelar Ajai Bijar Sakti yang bernama Dayang Regiak, dari perkawinan ini melahirkan 7 orang putra yang semuanya lahir di Jurukalang masing-masing putra tersebut adalah; 1. Rio Menaen 2. Rio Taen 3. Rio Tebuen 4. Rio Apai 5. Rio Mangok 6
Alkisah, di daerah Bengkulu, hiduplah seorang raja yang bernama Raja Mawang yang berkedudukan di Lebong. Raja Mawang mempunyai enam putra, dan seorang putri. Mereka adalah Ki Gete, Ki Tago, Ki Ain, Ki Jenain, Ki Geeting, Ki Karang Nio, dan Putri Serindang Bulan. Saat berusia senja dan tidak dapat lagi melaksanakan tugas-tugas kerajaan, Raja Mawang menunjuk putra keenamnya, Ki Karang Nio yang bergelar Sultan Abdullah, untuk menggantikan kedudukannya. Tidak beberapa lama setelah Ki Karang Nio menjabat sebagai raja, Raja Mawang pun wafat. Sepeninggal Raja Mawang, terjadilah prahara di antara putra-putrinya akibat penyakit kusta yang diderita oleh Putri Serindang Bulan. Penyakit itu muncul setiap kali ada raja yang datang melamarnya. Akibatnya, pertunangan pun selalu batal. Anehnya, jika pertunangan itu batal, penyakit kusta itu pun hilang. Peristiwa tersebut tidak hanya sekali terjadi, tetapi berulang hingga sembilan kali. Peristiwa tersebut menjadi aib bagi keluarga istana. Oleh karena itu, keenam kakak Putri Serindang Bulan mengadakan pertemuan untuk mencari cara agar dapat menghapus aib tersebut. “Jika hal ini dibiarkan terus terjadi, nama baik keluarga kita akan semakin jelek di mata para raja. Apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi masalah ini?” tanya Ki Gete membuka pembicaraan. Mendengar pertanyaan itu, kelima saudaranya hanya terdiam. Sejenak, suasana sidang menjadi hening. Di tengah keheningan itu, tiba-tiba Ki Karang Nio angkat bicara. “Bagaimana kalau Putri Serindang Bulan kita asingkan saja ke tempat yang jauh dari keramaian,” usul Ki Karang Nio. “Apakah ada yang setuju dengan usulan Ki Karang Nio?” tanya Ki Gete. Tak seorang pun peserta sidang yang menjawab. Rupanya, mereka tidak sepakat dengan usulan Ki Karang Nio. “Kalau menurutku, sebaiknya Putri Serindang Bulan kita bunuh saja,” sahut Ki Tago. Mendengar usulan Ki Tago, para putra Raja Mawang tersebut langsung sepakat, kecuali Ki Karang Nio. Meskipun ia seorang raja, Ki Karang Nio harus menerima keputusan itu, karena ia kalah suara oleh kakak-kakaknya. Dalam pertemuan itu juga diputuskan bahwa Ki Karang Nio-lah yang harus melaksanakan tugas itu. Untuk membuktikan bahwa ia telah melaksanakan tugasnya, ia harus membawa pulang setabung darah Putri Serindang Bulan. Setelah pertemuan selesai, Ki Karang Nio segera menemui Putri Serindang Bulan. Betapa sedihnya hati putri yang malang itu mendengar keputusan kakak-kakaknya. Namun, ia tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya bisa pasrah dan menyerahkan nasibnya kepada Tuhan Yang Mahakuasa Kuasa. “Ya, Tuhan! Lindungilah hambamu yang tidak berdaya ini!” ucap Putri Serindang Bulan dengan air mata bercucuran membasahi pipinya yang berwarna kemerah-merahan. “Maafkan aku, Dik! Aku juga tidak berdaya menghadapi mereka,” ucap Ki Karang Nio seraya menghapus air mata adiknya. Pada hari yang telah ditentukan, Ki Karang Nio pun bersiap-siap untuk membawa adiknya ke sebuah hutan yang sangat lebat untuk dibunuh. Sebelum mereka berangkat, Putri Serindang Bulan mengajukan satu permohonan kepada Ki Karang Nio. “Kak, bolehkah Adik membawa bakoa tempat daun sirih dan ayam hirik peliharaanku?” pinta Putri Serindang Bulan. “Untuk apa, Adikku?” tanya Ki Karang Nio. “Jika Adik telah mati, kuburkanlah bakoa dan ayam hirik ini bersama jasad Adik. Hanya itulah yang Adik miliki selain Kakak,” jawab Putri Serindang Bulan. Setelah berpamitan kepada kakak-kakaknya, Ki Karang Nio dan Putri Serindang Bulan pun berangkat menuju ke hutan. Di sepanjang perjalanan, kedua kakak-beradik tersebut tidak pernah saling menyapa. Hati Putri Serindang Bulan diselimuti perasaan sedih, sedangkan Ki Karang Nio berpikir mencari cara agar adiknya bisa selamat. Setelah berpikir keras, akhirnya ia pun menemukan cara untuk mengelabui kakaknya. Setibanya di tengah hutan, mereka pun berhenti di tepi Sungai Air Ketahun. “Adikku, sepertinya kita sudah terlalu jauh berjalan. Sebaiknya kita berhenti di sini saja!” Seru Ki Karang Nio. “Baiklah, Kak! Silahkan laksanakan tugas Kakak!” seru Puri Serindang Bulan. “Tidak, Adikku! Aku tidak akan sampai hati membunuh adik kandungku sendiri,” kata Ki Karang Nio. “Lakukanlah, Kak! Adik rela mati demi keselamatan Kakak. Jika Kakak tidak membunuh Adik, nyawa Kakak akan terancam. Saudara-saudara kita di istana pasti akan membunuh Kakak,” desak Putri Serindang Bulan. Akhirnya, Ki Karang Nio memberitahukan rencananya kepada Putri Serindang Bulan bahwa ia akan mengelabui kakak-kakaknya. “Aku tidak akan membunuhmu, Adikku! Aku akan membuatkanmu sebuah rakit. Dengan rakit itu, kamu ikuti aliran Sungai Air Ketahun ini. Kakak berharap ada orang yang menolongmu,” ujar Ki Karang Nio. “Tapi, bukankah Kakak harus membawa pulang setabung darah Adik untuk dijadikan bukti kepada mereka?” tanya Putri Serindang Bulan. “Benar, Adikku! Jika kamu tidak keberatan, bolehkah aku menyayat tanganmu? Aku akan mengambil sedikit darahmu dan mencampurkannya dengan darah binatang,” pinta Ki Karang Nio. “Silahkan, Kak! Kakak pun boleh menyembelih ayam hirik ini untuk diambil darahnya!” seru Putri Serindang Bulan. Dengan berat hati, Ki Karang Nio pun menyayat tangan Putri Serindang Bulan. Kemudian, darah yang keluar dari tangan adiknya tersebut ia campurkan dengan darah ayam hirik yang telah disembelih sebelumnya, lalu ia masukkan ke dalam tabung. Setelah itu, ia menyuruh Serindang Bulan untuk naik ke rakit yang sudah disiapkan. “Pergilah, Adikku! Hati-hatilah di jalan! Semoga Tuhan Yang Mahakuasa senatiasa melindungimu!” seru Ki Karang Nio. “Terima kasih, Kak! Semoga kita dapat bertemu kembali,” ucap Putri Serindang Bulan sambil meneteskan air mata. Ki Karang Nio pun tidak mampu membendung air matanya. Ia tidak tega melihat adik yang sangat disayanginya itu hanyut terbawa aliran air sungai. Setelah Putri Serindang Bulan hilang dari pandangannya, Ki Karang Nio pun bergegas kembali ke istana untuk melapor kepada kakak-kakaknya bahwa ia telah melaksanakan tugasnya. Kakak-kakaknya pun mempercayainya dengan bukti berupa tabung yang berisi darah tersebut. Sementara itu, setelah berhari-hari hanyut di sungai, Putri Serindang Bulan akhirnya terdampar di Pulau Pagai, di lepas pantai muara Air Ketahun. Berkat pertolongan Tuhan Yang Mahakuasa, ia ditemukan oleh Raja Indrapura yang sedang berburu di pulau itu. “Hai, Putri Cantik! Kamu siapa dan kenapa bisa berada di tempat ini?” tanya Raja Indrapura. Putri Serindang Bulan pun menceritakan semua peristiwa yang dialaminya hingga ia berada di tempat itu. Mendengar cerita itu, Raja Indrapura sangat terharu. Akhirnya, ia membawa Putri Serindang Bulan ke istananya di Negeri Setio Barat. Tak berapa lama kemudian, terdengarlah kabar bahwa Raja Indrapura akan menikah dengan Putri Serindang Bulan. Berkat kesaktian Raja Indrapura, penyakit kusta sang Putri tidak pernah kambuh lagi. Berita tentang pernikahan mereka pun sampai ke telinga kakak-kakaknya di Lebong. “Apa, Putri Serindang Bulan masih hidup?” celetuk Ki Gete setelah mendengar laporan dari seorang prajurit istana. Ki Gete dan keempat adiknya sangat marah kepada Ki Karang Nio, karena telah mengelabui mereka. Namun, mereka tidak berani membunuh adiknya itu, karena takut mendapat murka dari Raja Indrapura. Akhirnya, mereka bersepakat untuk menghadiri pesta perkawinan Putri Serindang Bulan dengan Raja Indrapura di Negeri Setio Barat. Ki Karang Nio tidak lupa membawa perselen, yaitu semacam emas sebagai uang jujur Putri Serindang Bulan. Setibanya di pesta tersebut, Putri Serindang Bulan dan Raja Indrapura pun menyambut kedatangan mereka dengan ramah. Bahkan ketika mereka akan kembali ke Lebong, Raja Indrapura menghadiahi mereka berbagai perhiasan emas. Dalam perjalanan pulang ke Lebong, kapal yang mereka tumpangi diterjang badai dan dihempas ombak besar hingga pecah. Mereka terdampar di sebuah pulau yang bernama Ipuh. Semua perhiasan emas pemberian Raja Indrapura tersebut tenggelam di dasar laut, kecuali milik Ki Karang Nio. Rupanya, kelima kakaknya itu iri hati kepada Ki Karang Nio dan berniat untuk membunuhnya, lalu mengambil perhiasannya. Mengetahui niat busuk kakak-kakaknya itu, Ki Karang Nio pun menyampaikan kata-kata bijak kepada mereka. “Hartoku harto udi, harto udi hartoku, barang udi cigai, uku maglek igai.” Artinya “Hartaku harta kalian, harta kalian adalah hartaku, barang kalian hilang, aku memberinya.” Kata-kata bijak Ki Karang Nio tersebut benar-benar menyentuh perasaan kelima kakaknya. Apalagi ketika Ki Karang Nio membagikan hartanya kepada mereka dengan jumlah yang sama, hati kelima kakaknya itu semakin tersentuh karena kemuliaan hati adiknya. “Adikku! Engkau adalah saudaraku yang arif dan bijaksana. Engkau memang pantas menjadi Raja di Lebong,” ucap Ki Gete dengan perasaan kagum. “Benar, Adikku! Kami sangat bangga memiliki adik sepertimu. Kami sangat menyesal karena selalu bertindak kasar terhadapmu. Kembalilah ke Lebong, Adikku! Kami akan tinggal di pulau ini saja,” seru Ki Jenain. Ketika Ki Karang Nio akan berpamitan hendak kembali ke Lebong, salah seorang kakaknya berkata, ”Huo ite saok, kame cigai belek! artinya sekarang ini kita berpisah dan kami tidak akan pulang lagi!” Menurut empunya cerita, kata-kata tersebut menjadi terkenal di kalangan masyarakat Lebong, karena tempat mereka mengucapkan kata-kata tersebut sekarang dinamakan Teluk Sarak. Kata sarak diambil dari kata saok, yang berarti berpisah. Sekembalinya ke Lebong, Ki Karang Nio menikah dengan seorang putri raja dan kemudian dikaruniai dua orang putra, yaitu Ki Pati dan Ki Pandan. Ia memerintah rakyat Lebong dengan arif dan bijaksana. Ketika usianya sudah tua, Ki Karang Nio meminta adiknya, Putri Serindang Bulan yang menjadi permaisuri di kerajaan lain, agar kembali ke Lebong untuk memilih salah seorang putranya yang akan menggantikannya sebagai raja. Akhirnya, ketika kembali ke Lebong bersama suaminya, Putri Serindang Bulan menetapkan Ki Pandan untuk menggantikan ayahnya, Ki Karang Nio. Sementara Ki Pati mendirikan biku di sebuah daerah yang kini dikenal dengan Somelako. Pesan Moral Cerita di atas memberikan pelajaran bahwa antarsesama saudara harus saling menyayangi dan melindungi. Hal ini ditunjukkan oleh sifat dan perilaku Ki Karang Nio. Karena sifat kasih sayangnya, ia selalu melindungi adik kandungnya, Putri Serindang Bulan. Bagi orang Melayu, dengan berkasih sayang antarsesama, kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera dapat diwujudkan BagindaMaharaja Sakti bermaksud mengangkat Tuanku Putri Gading Cempaka menjadi permaisuri di Negeri Bangkahulu," ungkap para utusan. Baca juga: Legenda Putri Serindang Bulan dalam Cerita Rakyat Bengkulu. Raja Anak Dalam bersama saudara-saudaranya pun menerima pinangan Maharaja Sakti sesuai dengan wasiat ayah mereka. Alkisah dahulu kala di Bengkulu hidup tujuh perempuan bersaudara. Mereka merupakan putri Raja Wawang. Dari ketujuh bersaudara, Putri Serindang Bulan merupakan putri paling bungsu. Putri Serindang Bulan juga terkenal paling cantik. Telah banyak laki-laki ingin meminangnya tapi selalu ia tolak dengan alasan tidak ingin melangkahi keenam kakaknya. Keenam kakaknya sebenarnya berencana menikah setelah Serindang Bulan menikah. Mereka kemudian meminta agar Serindang Bulan Menikah terlebih dahulu. “Wahai adikku, sudah banyak laki-laki ingin meminangmu. Segeralah menikah. Jangan kuatir, kami semua akan menyusul menikah.” ujar kakak tertua. “Baiklah kakakku tersayang, Aku akan menikah. Aku berharap kakak semua cepat mendapat jodohnya.” Putri Serindang Bulan menyanggupi. Raja Wawang kemudian segera menyebarkan berita bahwa putri bungsunya, Serindang Bulan, telah siap untuk menikah. Para pemuda merasa gembira. Tidak lama, seorang Pangeran Tampan datang menemui Raja Wawang untuk melamar Putri Serindang Bulan. Putri Serindang menerima pinangan sang Pangeran Tampan. Kemudian pihak Kerajaan segera menyiapkan pesta pernikahan meriah. Serindang Bulan Terkena Penyakit Aneh Tiba-tiba kejadian aneh menimpa Putri Serindang Bulan. Menjelang pernikahan, wajahnya berubah menjadi buruk. badan sang putri juga dipenuhi penyakit kulit. “Ada apa dengan tubuhmu, wahai Putri? Tubuhmu terkena penyakit kulit.” tanya Sang Pangeran keheranan. “Aku juga tidak tahu. Saat bangun pagi, tiba-tiba wajahku menjadi buruk, tubuhku dipenuhi penyakit kulit.” ujar Putri Serindang Bulan. Pangeran menjadi merasa kecewa sehingga memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka. Namun anehnya, setelah Pangeran Tampan tersebut pergi, wajah Serindang Bulan kembali cantik. Tubuh sang putri menjadi sehat seperti sedia kala. Setiap ada laki-laki melamar, maka wajah Serindang Bulan akan berubah menjadi buruk, namun akan kembali cantik apabila pernikahan dibatalkan. Hal ini terus terulang hingga sembilan kali. Pihak keluarga terutama keenam saudarinya merasa malu. Disingkirkan Oleh Kakak-Kakaknya Pada suatu hari, keenam saudari Serindang Bulan mengadakan rapat rahasia. Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa mereka harus menyingkirkan Serindang Bulan karena dianggap sebagai sumber masalah bagi kerajaan. Salah satu dari mereka, yaitu Karang Nio, awalnya menolak untuk menyingkirkan Serindang Bulan. Karang Nio memang paling dekat dengan Serindang Bulan. Namun dengan penolakannya, justru Karang Nio mendapat tugas untuk menyingkirkan Serindang Bulan. Kelima kakaknya meminta bukti berupa setabung darah dan irisan bagian telinga Serindang Bulan, sebagai tanda ia telah menyingkirkannya. Dengan berat hati, Karang Nio memenuhi permintaan kakak-kakaknya. Pada suatu hari, Karang Nio mengajak Serindang Bulan berjalan-jalan. Awalnya Serindang Bulan tidak curiga namun, lama-kelamaan Serindang Bulan merasa takut karena Karang Nio mengajaknya masuk ke dalam hutan. Karang Nio terlihat sangat gelisah. Akhirnya ia berterus terang kepada Serindang Bulan bahwa ia mendapat tugas untuk menyingkirkannya. “Kalau memang sudah menjadi keputusan kakak semua, maka lakukanlah tugasmu Kak.” kata Serindang Bulan sedih. Karang Nio akhirnya memutuskan untuk mengelabui kakak-kakaknya. Ia menyembelih seekor anjing hutan. Darah anjing hutan ia simpan dalam tabung. Kemudian ia melukai kuping Serindang Bulan. Kuping putri serindang akan ia bawa sebagai bukti telah menjalankan tugasnya menyingkirkannya. Karang Nio menyuruh Serindang Bulan pergi menaiki rakit dari sungai Ulau Deus. Karang Nio segera kembali ke istana. Sesampainya di istana, ia menunjukan bukti setabung darah serta kuping Serindang Bulan pada kakak-kakaknya. Semua kakaknya merasa senang. Sementara di hutan, Serindang Bulan pergi menaiki rakit di sungai. Ia akhirnya turun di daerah Muara Setahun. Disana, Serindang Bulan memanjat tebing. Di atas tebing, sang putri membuat rumah untuk ia tinggali. Bertemu Tuanku Raja Alam Setahun telah berlalu semenjak Serindang Bulan pergi dari istana. Suatu ketika, sebuah perahu milik Raja Indrapura bernama Tuanku Raja Alam melewati Muara Setahun. Sang Raja melihat sinar kemilau dari atas bukit. Karena penasaran, Raja pun menepi kemudian turun dari perahu. Ia kemudian menaiki tebing sumber sinar kemilau tersebut. Setibanya diatas terbing, Raja melihat sebuah rumah. Sang raja mengetuk pintu rumah. Dari rumah tersebut keluarlah Serindang Bulan yang membuat Raja terkejut. “Wahai gadis jelita, aku tidak menyangka jika cahaya di atas tebing ternyata berasal darimu.” kata Raja. Setelah berkenalan, putri Serindang Bulan kemudian menceritakan kejadian yang menimpanya. Cerita Serindang Bulan membuat Raja terharu kemudian mengajaknya untuk tinggal di Kerajaan Indrapura. Serindang Bulan pun menyetujuinya. Sesampainya di Kerajaan Indrapura, Sang Raja menggelar rapat. Sang Raja menceritakan masalah Serindang Bulan. Raja berkeinginan untuk meminang Serindang Bulan. Para Penghulu Kerajaan mengusulkan untuk melihat situasi selama tiga hari untuk melihat apakah wajah Serindang Bulan akan kembali berubah menjadi buruk. Setelah ditunggu selama tiga hari, ternyata wajah Serindang Bulan tetap cantik. Akhirnya para penghulu menikahkan Raja dengan Serindang Bulan. Putri Serindang Bulan Kembali Bertemu Keenam Saudarinya Para Penghulu meminta Raja untuk memberitahu wali Serindang Bulan. Raja kemudian mengirim utusan ke tempat Raja Wawang untuk memberitahu tentang rencara pernikahan Serindang Bulan dengan Raja Alam. Mendengar kabar tersebut, kakak-kakak Serindang Bulan kaget bukan main. Mereka menyalahkan Karang Nio karena dianggap gagal menyingkirkan Serindang Bulan. “Sudahlah kakak-kakakku. Hentikan pertikaian kita. Sebaiknya mari kita sama-sama pergi menghadiri pernikahan Serindang Bulan.” ujar Karang Nio. Kakak-kakak Karang Nio akhirnya mengiyakan. Lalu berangkatlah keenam saudari tersebut. Sesampainya mereka di Kerajaan Indrapura, mereka langsung bertemu dengan Tuanku Raja Alam. Keenam saudari meminta mahar berupa emas sebagai syarat menikahi adik mereka, Serindang Bulan. Raja Alam menyetujui permintaan mahar dari keenam saudari tapi dengan satu syarat, mereka harus mengenali adik mereka sendiri, Serindang Bulan. Jika tidak, maka mereka semua akan dihukum. Raja kemudian menyiapkan enam orang gadis yang didandani dan wajahnya mirip Serindang Bulan. Mereka dihadapkan pada keenam saudari Serindang Bulan. Keenam saudari Serindang Bulan diminta untuk menunjukkan mana Serindang Bulan asli. Kelima saudari kebingungan karena tidak tahu Serindang Bulan asli. Tapi Karang Nio teringat bahwa ia pernah melukai telinga Serindang Bulan. Dan benarlah, ada satu gadis memiliki bekas luka di telinganya yang berarti dialah Serindang Bulan asli. Akhirnya putri serindang dengan Karang Nio berpelukan sambil menangis melepas rindu. “Bagus. Berarti kalian masih mengenali Serindang Bulan. Aku akan memenuhi mahar dengan memberikan emas permintaan kalian. Saya anggap tidak ada lagi dendam diantara kalian.” kata Raja. Akhirnya Tuanku Raja Alam menikahi Serindang Bulan. Sementara Keenam saudari mendapatkan setabung bambu berisi emas. Serindang Bulan sama sekali tidak menyimpan dendam kepada kakak-kakaknya. Meskipun ia telah menikah dan hidup terpisah dari kakak-kakaknya, namun ia masih sering mengirimi mereka hadiah. Referensi Prahana, Naim Emel. 1988. Cerita Rakyat Dari Bengkulu 2, Jakarta Grasindo Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Buku Pintar. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, Seru. Ular Ndaung Dan Si Bungsu Ular Kepala Tujuh Keramat Riak Putri Gading Cempaka
  1. Ποξιጽаηε оцεфፍдо
  2. Οниձереф физвէሱօпυ
    1. ሓостуляրем ձоፌ π
    2. Зилоζ ваժևреճονэ ጹаւюнт
    3. Иճеቶеշо ςኦсреςаձ нтωցևсрю
  3. Աբ ሯιнтυδθրε
    1. Уви ονεψιг νամапсεսևք
    2. Дαቀሟճըдр ωц ቷለгիщጱ
    3. Θвсейо ачуմ уքα лιπ
OlehMeizar Rody Disadur dari Buku Hukum Adat Rejang Kerangan Prof. Dr. H. Abdullah Siddik. Menurut cerita orang-orang tua Rejang maupun dari karangan tertulis mengenai rejang yang dijumpai, asal usul bangsa rejang adalah LEBONG, dengan fakta sebagai berikut : 1. JOHN MARSDEN, residen inggris di LAIS (1775-1779), memberitakan adanya EMPAT PETULAI yaitu : Juru Kalang, Bermani, Selupu, dan TUBEI Bengkulu menyimpan banyak cerita rakyat yang sarat akan pesan moral. Kalau penasaran dengan apa saja cerita rakyat dari daerah ini, kamu bisa mencari tahunya lewat artikel berikut!Indonesia menyimpan banyak sekali cerita rakyat yang patut untuk diteladani karena memiliki pesan moral yang bagus sekali. Salah satunya adalah cerita rakyat dari Bengkulu. Tak hanya satu, ada beberapa cerita menarik yang bisa kamu simak. Kisah-kisahnya juga bisa kamu ceritakan kembali kepada adik, keponakan, atau orang terdekatmu yang masih kecil dengan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai moral yang baik kepada mereka. Kira-kira apa saja cerita rakyat dari Bengkulu yang sarat akan pesan moral ini? Ketahui selengkapnya lewat artikel-artikel di sini! Kamu mungkin pernah mengetahui sinetron atau novel berjudul 7 Manusia Harimau. Tahukah kamu kalau rupanya 7 Manusia Harimau itu merupakan sebuah legenda yang berasal dari Bengkulu? Kalau ...Provinsi Bengkulu memiliki legenda yang tidak kalah bagus dan menarik jika dibandingkan provinsi lain. Selain Putri Serindang Bulan, ada kisah Putri Gading Cempaka yang bisa kamu baca ...Danau Dendam Tak Sudah menjadi salah satu ikon wisata terkenal di Bengkulu. Namun, tahukah kamu bagaimana terbentuknya danau itu? Jika belum, simak ulasan cerita rakyat Danau Dendam Tak ...Ada berbagai macam cerita rakyat yang menarik dari Bengkulu, salah satunya adalah legenda Ular Kepala Tujuh yang akan mengajarkan tentang keberanian dan kerendahan hati. Kalau penasaran ...Provinsi Bengkulu mempunyai banyak dongeng populer yang berkembang di masyarakat, salah satunya adalah cerita rakyat Ular Ndaung. Apakah kamu familier dengan kisah ular besar itu? Kalau ...Tak berbeda dari daerah-daerah lainnya, Provinsi Bengkulu juga memiliki banyak sekali cerita menarik yang sayang kalau dilewatkan. Salah satunya adalah cerita Putri Serindang Bulan berikut ...Kisah Putri Serindang Bulan Cerita Putri Serindang Bulan asal Bengkulu ini merupakan salah satu legenda yang menarik untuk diikuti. Cerita ini juga memiliki pesan moral yang bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, kisanya cocok didongengkan ulang untuk adik, sepupu, keponakan, atau anakmu. Selain ringkasan cerita dan pesan moral, kamu pun bisa membaca ulasan unsur intrinsik dan fakta menariknya. Baca juga Cerita Putri Serindang Bulan dan Ulasan Menariknya, Pelajaran tentang Menjaga Persaudaraan Cerita Rakyat Ular Ndaung Kisah ini menceritakan tentang seorang janda yang memiliki 3 anak perempuan. Karena miskin, ibu dan si Bungsu mati-matian bekerja untuk makan, sedangkan anak-anak yang lain malah bermalas-malasan di rumah. Sedihnya, suatu hari si ibu jatuh sakit dengan kondisi memprihatinkan. Kata tabib, ibu mereka bisa sembuh bila meminum dedaunan khusus yang dimasak dengan bara gaib. Masalahnya, bara gaib itu terletak di puncak gunung, dan ia dijaga oleh ular besar nan sakti bernama Ular n’daung. Dari ketiga anak, hanya si Bungsulah yang berniat untuk mencarikan obat bagi sang ibu. Akhirnya, ia pun nekat pergi ke gunung tersebut dan bertemu dengan ular n’daung. Setelah mengutarakan niatnya ingin mengambil bara suci, giliran si ular yang meminta syarat pengganti dan itu cukup berat. Kira-kira, apa syarat yang diminta si ular? Baca juga Kisah Ular Ndaung Si Penjaga Bara Gaib dari Bengkulu Cerita Rakyat Ular Kepala Tujuh dari Bengkulu Setelah menikah, Pangeran Gajah Meram dan Putri Jinggai melangsungkan prosesi mandi bersama di tepi Danau Tes. Namun, keduanya mendadak menghilang tanpa jejak. Penghuni kerajaan Kuteik Rukam pun kelimpungan. Usut punya usut, rupanya kedua mempelai itu diculik oleh ular berkepala tujuh yang menghuni danau tersebut. Sang raja pun bingung karena tak punya ide untuk menyelamatkan keduanya. Saat itu, pangeran bungsu yang masih berusia 13 tahun menawarkan diri untuk membebaskan kakaknya. Mampukah sang pangeran melakukannya? Baca juga Cerita Rakyat Ular Kepala Tujuh dari Bengkulu & Ulasan Menariknya, Bukti Kerendahan Hati dan Keberanian Bisa Mengalahkan Kekejian Cerita Rakyat Bengkulu Danau Dendam Tak Sudah Pada jaman dahulu, hiduplah seorang perempuan cantik bernama Esi Marliani. Suatu hari, ia bertemu dengan lelaki tampan bernama Buyung. Mereka berdua pun jatuh cinta dan serius melanjutkan ke jenjang pernikahan. Tak dinyana, tiba-tiba Buyung datang dengan membawa kekasihnya yang bernama Upik Leha. Perempuan yang tak kalah cantik itu merupakan jodoh pilihan orang tuanya. Esi pun diputuskan secara sepihak dan ditinggal nikah. Merasa tak terima, akhirnya Esi melakukan sesuatu yang berdampak sangat besar bagi mereka. Apakah itu? Baca juga Legenda Danau Dendam Tak Sudah dari Bengkulu dan Ulasannya yang Menuai Tangis Cerita Putri Gading Cempaka Siapa bilang kisah putri-putri kerajaan hanya berasal dari luar negeri saja? Di Indonesia, juga banyak kisah putri kerajaan yang seru untuk diikuti. Salah satunya adalah Putri Gading Cempaka yang merupakan cerita rakyat asal Bengkulu. Kisah yang satu ini sarat akan pesan moral. Untuk itu, bagus juga kalau mau kamu ceritakan kembali kepada adik, keponakan, atau sepupu yang masih kecil. Baca selengkapnya Legenda Putri Gading Cempaka dari Bengkulu, Pesan tentang Menuruti Nasihat Orang Tua Cerita Legenda 7 Manusia Harimau Apakah kamu familier dengan cerita lengenda 7 Manusia Harimau? Ya, kisah ini pernah diangkat ke dalam sinetron yang tayang di salah satu stasiun TV swasta Indonesia. Kalau belum pernah mendengar ceritanya, simak saja pada artikel yang sudah kami tulis ini. Ceritanya sungguh menarik untuk diketahui. Baca selengkapnya Legenda 7 Manusia Harimau dari Bengkulu dan Ulasan Menariknya, Kisah Kerendahan Hati Seseorang yang Berilmu Tinggi EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri. Ceritarakyat dari Bengkulu, Volume 2. Naim Emel Prahana. minta paling pekerjaan pelajaran penduduk pengawal penguasa kota penyakit percaya pergi perlombaan pernah pipit pohon Benuang pulang Putri Serindang Bulan sang Sebei Sebelum sebuah Sejak Sekalawi selalu Sementara setiap siap sidang Sinatung Natak Siput suara sungai tahu takut tanpa

Provinsi Bengkulu memiliki legenda yang tidak kalah bagus dan menarik jika dibandingkan provinsi lain. Selain Putri Serindang Bulan, ada kisah Putri Gading Cempaka yang bisa kamu baca di bawah bilang kisah putri-putri kerajaan yang bagus hanya dari luar negeri saja? Di Indonesia, juga banyak kisah putri kerajaan yang menarik untuk dibaca, lho. Salah satunya adalah Putri Gading Cempaka yang merupakan cerita rakyat asal yang satu ini sarat dengan pesan moral. Untuk itu, bagus juga kalau mau kamu dongengkan untuk adik, keponakan, atau sepupu yang masih kecil. Kalau cuma ingin kamu baca untuk dijadikan hiburan juga boleh, hanya cerita lengkapnya, kamu juga akan menemukan ulasan singkat mengenai unsur-unsur intrinsik beserta fakta menariknya. Nah, kamu pastinya nggak sabar pengin segera menyimak kisah lengkap dari hikayat Putri Gading Cempaka ini, kan? Kalau gitu, mari simak selengkapnya berikut Putri Gading Cempaka Asal Bengkulu Sumber YouTube – TV Anak Indonesia Pada zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Sungai Serut yang terletak di daerah Bengkulu. Kerajaan tersebut didirikan oleh keturunan Kerajaan Majapahit yang bernama Ratu Agung. Sang raja dipercaya sebagai titisan dewa pengatur kehidupan bumi yang bersemayam di Gunung Bungkuk. Ratu Agung yang dikenal arif dan bijaksana ini memiliki enam orang anak laki-laki yang bernama Raden Cili, Manuk Mincur, Lemang Batu, Tajuk rompong, Rindang Papan, dan Anak Dalam. Ia juga memiliki seorang anak perempuan, si bungsu, yang bernama Putri Gading Cempaka. Kerajaan Sungai Serut tersohor bukan hanya karena kemakmurannya. Namun, kecantikan Putri Gading Cempaka juga ikut andil. Banyak sekali pangeran-pangeran dari kerajaan lain yang datang untuk meminangnya. Karena sang putri masih remaja, Ratu Agung tentu saja menolak semua lamaran itu. Tidak terasa, waktu berjalan begitu cepat, sang raja pun semakin menua dan menderita sakit keras. Karena memiliki firasat kalau umurnya tidak akan lama lagi, ia kemudian memberikan wasiat kepada tujuh anaknya. Wasiat tersebut tentu saja mengenai pewaris tahta kerajaan. Ia menunjuk Anak Dalam sebagai penggantinya. Katanya, “Demi menjunjung keadilan, kedamaian, dan ketenteraman, Ayah akan menyerahkan tahta kerajaa pada putraku, anak Dalam. Ayah berharap, kalian akan selalu rukun.” “Anak-anakku, jika suatu hari nanti Kerajaan Sungai Serut mengalami bencana, kalian menyingkirlah ke Gunung Bungkuk. Nanti akan datang seorang raja yang menjadi jodoh dari adik kalian, Putri Gading Cempaka,” lanjutnya. Selang beberapa hari kemudian, Ratu Agung meninggal dunia. Setelah itu, Anak Dalam diangkat menjadi raja untuk menggantikan ayahnya. Pinangan dari Kerajaan Aceh Anak Dalam mampu memerintah kerajaan dengan baik dan bijaksana sama seperti ayahnya. Hubungan dengan saudara-saudaranya juga tetap baik. Tidak ada di antara mereka yang bertengkar memperebutkan kekuasaan. Sementara itu, lamaran untuk Putri Gading Cempaka juga terus berdatangan. Hingga pada suatu hari, datanglah utusan dari Kerajaan Aceh hendak meminang sang putri untuk pangeran mereka. Kata salah utusan itu, “Mohon beribu ampun, Baginda. Kami merupakan utusan dari Pangeran Raja Muda dari Kerajaan Aceh. Maksud kedatangan kami adalah untuk meminang Putri Gading Cempaka. Sang pangeran saat ini sedang menunggu di atas kapal di dermaga.” Raja Anak Dalam tidak serta merta mengiyakan pinangan tersebut. Walau bagaimana pun, ia harus meminta pendapat saudara-saudaranya dan juga sang putri. Sayangnya sesuai keputusan bersama, pinangan tersebut ditolak. “Sebelumnya, kami mohon maaf. Namun setelah menimbang berbagai hal, kami memutuskan untuk tidak menerima lamaran Pangeran Raja Muda,” ucap Raja Anak Dalam pada para utusan. Hal tersebut tentu saja membuat utusan itu merasa terkejut. Mereka lalu berpamitan dan kembali ke dermaga dengan perasaan kecewa. Baca juga Kisah dari Nusa Tenggara Barat, Kembang Ander Nyawe Beserta Ulasan Lengkapnya yang Menarik tuk Kamu Simak Terjadi Peperangan Setibanya di dermaga, para utusan kemudian menyampaikan perihal penolakan pinangan itu kepada sang pangeran. Seperti yang sudah diduga, Pangeran Raja Muda begitu murka dengan penolakan itu. “Keterlaluan sekali! Berani-beraninya mereka menolak pinanganku!” serunya. Tanpa membuang-buang waktu lagi, laki-laki tersebut kemudian menantang Raja Anak dalam untuk berperang. Tanpa segan, Raja Anak Dalam menerima tantangan tersebut dan perang pun tidak dapat terhindarkan. Perang antara Kerajaan Sungai Serut dan Kerajaan Aceh berlangsung hingga berhari-hari. Banyak sekali korban yang berjatuhan akibat peperangan tersebut. Para korban bergelimpangan begitu saja di jalan tidak ada yang mengurus. Semakin hari, kedudukan Raja Anak dalam mulai terdesak. Pasukannya juga sudah mulai kewalahan karena banyak yang gugur. Di saat seperti ini, ia kemudian teringat pada nasihat mendiang ayahandanya. Kemudian, ia berbicara pada saudara-saudaranya. “Wahai saudara-saudaraku, apakah kalian masih ingat wasiat dari ayahanda? Jika Kerajaan Sungai Serut sudah tidak aman, kita diminta untuk menyingkir ke Gunung Bungkuk. Melihat kondisi sekarang, kita harus segera pergi,” katanya. Para saudara pun menyetujuinya dan mereka bergegas pergi ke Gunung Bungkuk. Sementara itu, Pangeran Raja Muda Aceh juga menarik pasukannya dari peperangan. Mereka kembali ke tempat asal tanpa hasil dan kehilangan banyak sekali pasukan. Carut Marut Kerajaan Sungai Serut Kerajaan Sungai Serut menjadi kacau balau setelah ditinggalkan oleh sang raja. Para raja dari kerajaan lain pun memperebutkan kekosongan tahta itu. Akhirnya, empat bangsawan dari Kerajaan Lebong Balik Bukit yang berhasil mendudukinya. Baru saja menguasai kerajaan sebentar, keempat orang itu malah bertengkar dan memperebutkan wilayah kekuasaan. Keadaan kerajaan tersebut semakin tidak aman dan rakyat sangatlah menderita. Beruntungnya, pertengkaran para penguasa baru Kerajaan Sungai Serut tersebut dapat didamaikan oleh seorang pengelana. Namanya adalah Maharaja Sakti yang berasal dari Kerajaan Pagaruyung, Minangkabau. Ia memang diutus oleh sang raja, yaitu Sri Maharaja Diraja, untuk menghentikan peperangan itu. Empat bangsawan tersebut kemudian dibawa ke Kerajaan Pagaruyung dan menghadap sang raja. Mereka kemudian bermusyarah dan membicarakan semuanya dengan kepala dingin. Menariknya, mereka malah mengusulkan mengangkat Maharaja Sakti untuk menjadi raja di Kerajaan Sungai Surut. Laki-laki itu bijaksana dan adil sehingga dianggap mampu menjadi pemimpin yang baik. Permohonan itu dipertimbangkan dan akhirnya dikabulkan oleh Sri Maharaja Diraja. Maharaja Sakti kemudian diangkat menjadi Raja Sungai Serut. Upacara penobatan pun dilakukan di Kerajaan Pagaruyung. Tak hanya penobatan raja baru, Kerajaan Sungai Serut pun kemudian diganti nama menjadi Kerajaan Bangkahulu. Baca juga Kisah tentang Si Itik yang Buruk Rupa dan Ulasan Menariknya, Pelajaran untuk Mencintai Diri Sendiri Penundaan Penobatan Setelah upacara selesai, Raja Paguruyung meminta Maharaja Sakti serta keempat bangsawan untuk kembali ke Kerajaan Bengkahulu. Di sana, sudah disiapkan upacara penobatan lagi sekaligus pengumuman resmi mengenai pergantian nama kerajaan. Iring-iringan pengawal raja sudah tiba di Kerajaan Bengkahulu. Upacara penobatan pun akan segera dimulai. Sayangnya tidak lama kemudian, langit tiba-tiba menjadi gelap dan hujan turun dengan begitu deras. Petir pun menyambar-nyambar dan disertai oleh angin yang kencang. Upacara pun harus dihentikan dan menunggu cuaca membaik. Hingga malam tiba, hujan tidak kunjung reda. Mau tidak mau, upacara ditunda hingga waktu yang belum ditentukan. Di malam itu juga, Maharaja sakti bermimpi bertemu dengan seorang bidadari canti sewaktu tertidur. Di dalam mimpinya itu, sang bidadari sedang menari di tengah badai dengan keadaan yang tidak basah sedikitpun. Setelah itu, wanita itu pergi ke Gunung Bungkuk. Tafsir Mimpi Sang Raja Sumber Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional – Saksono Prijanto Keesokan harinya, Raja Maharaja Sakti memanggil keempat para bangsawan. Ia pun menceritakan tentang mimpi yang dialaminya semalam. Keempat orang itu kemudian berinisiatif untuk memanggil seorang tafsir mimpi. Dan ternyata, itu adalah sebuah pertanda baik. “Ampun, Baginda. Bidadari yang Baginda lihat dalam mimpi tersebut adalah Putri Gading Cempaka. Sang Putri adalah anak Ratu Agung dan merupakan adik dari Anak Dalam, penguasa sebelumnya dari kerajaan ini,” ucap sang peramal. Lanjutnya, “Apabila Baginda bisa membawa Putri Gading Cempaka kembali ke mari, kerajaan ini di masa depan akan menjadi semakin kuat. Menurut penglihatan hamba, sang putrilah yang nantinya akan melahirkan raja-raja kuat di negeri ini.” Setelah mendengar apa yang diucapkan oleh peramal tersebut, Maharaja Sakti kemudian berniat untuk meminang sang putri. Keinginan itu pun disetujui oleh empat bangsawan dan petinggi kerajaan yang lain. Pada hari itu juga, berangkatlah beberapa utusan ke Gunung Bungkuk untuk meminang putri cantik itu. Baca juga Legenda Watu Maladong dari Nusa Tenggara Timur, Batu Sakti yang Menyuburkan Sumba, Beserta Ulasan Menariknya Sebuah akhir yang Bahagia Para utusan itu akhirnya sampai juga di Gunung Bungkuk. Salah satu dari mereka kemudian menyampaikan maksud kedatangannya. “Ampun beribu ampun, Baginda. Kami adalah utusan dari Tuanku Baginda Maharaja Sakti dari Kerajaan Bangkahulu. Atas titah beliau, hamba diminta untuk meminang Putri Gading Cempaka untuk dijadikan permaisuri.” Sesuai dengan wasiat sang ayah, Raja Anak Dalam bersama dengan saudara-saudara yang lain pun menerima pinangan tersebut. Setelah itu, mereka semua diboyong ke istana Bangkahulu. Beberapa waktu kemudian, pesta pernikahan yang begitu meriah antara Maharaja Sakti dan Putri Gading Cempaka dilaksanakan. Tak hanya menikah, acara tersebut juga sekaligus digunakan untuk penobatan sang raja. Setelah pernikahan tersebut, Maharaja Sakti kemudian membangun sebuah istana baru untuk dijadikan pusat pemerintahan. Istana tersebut terletak di kuala Sungai Lemau. Pembangunan selesai dan pusat pemerintahan dipindahkan. Kerajaan kemudian berganti nama lagi menjadi Kerajaan Sungai Lemau. Kondisi kerajaan semakin makmur karena Maharaja Sakti bisa mengayomi rakyatnya. Pernikahan sang raja dengan permaisuri berjalan dengan baik. Keduanya hidup bahagia bersama dengan anak-anak mereka. Baca juga Kisah Abu Nawas tentang Pesan Bagi Para Hakim dan Ulasan Menariknya, Pelajaran untuk Selalu Profesional dalam Bekerja Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Putri Gading Cempaka Sumber Agus Setiyanto Setelah menyimak hikayat lengkap dari cerita rakyat Putri Gading Cempaka, selanjutnya kamu akan menemukan penjelasan mengenai unsur intrinsiknya. Nah, ulasan singkatnya bisa kamu simak berikut ini 1. Tema Inti atau tema cerita rakyat Putri Gading Cempaka ini adalah tentang mematuhi nasihat orang tua. Kalau kisah cerita di atas, sesama saudara harus selalu menjaga kerukunan. 2. Tokoh dan Perwatakan Berikutnya, akan ada beberapa tokoh yang dibahas lebih dalam karena memiliki peran penting dalam cerita rakyat Putri Gading Cempaka. Beberapa tokoh tersebut adalah Ratu Agung, Anak Dalam, Putri Gading Cempaka, Pangeran Aceh, dan Maharaja Sakti. Tokoh pertama yang akan diulik adalah Ratu Agung. Ia merupakan seorang raja yang baik hati dan bijaksana. Selain itu, dirinya juga adalah seorang ayah yang begitu mencintai anak-anaknya. Bahkan sebelum pergi pun, ia menitipkan pesan supaya anak-anak tetap hidup rukun. Kemudian ada Anak Dalam. Sesuai dengan amanat ayahnya, laki-laki tersebut begitu menyayangi saudara yang lain dan tidak memaksakan kehendak. Ia juga rupanya seorang raja yang adil dan bijaksana. Selanjutnya ada Putri Cempaka Gading. Wanita ini adalah seorang yang begitu cantik jelita. Tak hanya memiliki paras cantik, kepribadiannya pun baik. Tokoh keempat adalah Pangeran Raja Muda Aceh. Ia adalah seorang yang angkuh dan tidak menerima penolakan. Akibat keegoisannya, ia mengacaukan Kerajaan Sungai Serut dan membuat pasukannya sendiri menderita. Lalu yang terakhir ada Maharaja Sakti. Ia adalah seorang yang bijak dan tidak gegabah. Dirinya juga bisa menjadi seorang raja yang mengayomi rakyat dan seorang suami yang menyayangi istrinya. 3. Latar dari Cerita Rakyat Putri Gading Cempaka Untuk latar utama legenda Putri Gading Cempaka ini sudah jelas, bukan? Karena asalnya dari Bengkulu, maka secara umum latar tempatnya berada di kota tersebut. Namun, untuk latar yang lebih spesifik juga disebutkan, kok. Beberapa di antaranya ada Kerajaan Sungai Serut, dermaga laut, Gunung Bungkuk, dan Kerajaan Pagaruyung. Nah, untuk yang mencari latar suasana dari cerita rakyat Putri Cempaka Gading, kamu juga bisa menemukan beberapa. Contohnya adalah sedih, kecewa, amarah, kebimbangan, dan kebahagiaan. 4. Alur Untuk alurnya sendiri, cerita rakyat Putri Gading Cempaka menggunakan alur progresif atau maju. Sang putri merupakan sosok yang begitu cantik, maka dari itu tidak heran jika banyak pangeran yang menginginkannya untuk menjadi permaisuri. Suatu hari datanglah Pangeran Muda Aceh yang hendak melamar. Namun lamaran tersebut ditolak dan sang pangeran marah. Kemarahannya menyulut peperangan. Karena perang tak kunjung berhenti, Putri Gading Cempaka bersama saudara yang lain kemudian mengungsi ke Gunung Bungkuk sesuai wasiat ayahnya. Keadaan kerajaan Sungai Serut tentu saja menjadi kacau karena tahta yang kosong menjadi rebutan. Singkat cerita, kekecauan tersebut dapat dihentikan oleh Maharaja Sakti. Dirinya yang kemudian diangkat menjadi raja di Kerajaan Sungai Serut yang kemudian berganti nama menjadi Kerajaan Bangkahulu. Tak hanya itu saja, ia jugalah yang berhasil meminang Putri Gading Cempaka untuk menjadi istrinya. 5. Pesan Moral dari Cerita Rakyat Putri Gading Cempaka Dari cerita rakyat Bengkulu berjudul Putri Gading Cempaka ini, kamu bisa mengambil banyak sekali pelajaran hidup. Salah satunya adalah patuhi nasihat orang tuamu. Orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Selanjutnya, kamu harus hidup rukun dengan saudara-saudaramu. Karena ketika susah, merekalah yang akan siap sedia membantumu. Bukankah jika rukun dengan saudara juga akan membuat orang tua senang? Amanat ketiga dari cerita rakyat Putri Gading Cempaka yang bisa kamu ambil adalah jangan egois dan meluapkan kemarahan sesukamu. Nantinya tidak hanya kamu saja yang menderita, tetapi orang lain juga. Ingatlah, di dunia ini, kamu tidak akan selalu mendapatkan yang kamu mau. Lalu yang terakhir yaitu jodoh pasti akan datang di waktu yang tepat. Tidak usah terburu-buru menerima pinangan hanya karena sudah cukup umur atau banyak yang melamar. Lebih baik siapkan diri terlebih dahulu, kamu nanti pasti akan mendapatkan jodoh yang pantas untukmu Selain unsur intrinsik, pada legenda Putri Gading Cempaka ini juga dapat ditemukan beberapa unsur ekstrinsiknya. Unsur tersebut merupakan hal-hal di luar cerita seperti nilai budaya, moral, dan sosial yang membuat kisahnya semakin lengkap. Baca juga Dongeng Burung Tempua dan Burung Puyuh Beserta Ulasannya, Pengingat Bahwa Tiap Orang Punya Selera Berbeda Fakta Menarik tentang Cerita Rakyat Putri Gading Cempaka Asal Bengkulu Sumber Kabar Rafflesia Tadi pastinya kamu sudah menyimak legenda lengkap beserta unsur-unsur intrinsik dari cerita rakyat Putri Gading Cempaka, dong? Nah, jangan ke mana-mana dulu karena berikut ini ada fakta menarik tentang kisah tersebut yang sayang kalau dilewatkan. 1. Dijadikan Film Pada tahun 2018 lalu, cerita rakyat Putri Gading Cempaka diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama. Film tersebut merupakan garapan asli anak Bengkulu, lho. Film Putri Gading Cempaka tayang perdana di salah satu bioskop ternama pada tanggal 8 Maret 2018 lalu. Filmnya dibintangi oleh Shella Dwi yang merupakan Putri Pariwisata Bengkulu 2016. Sang produser film mengatakan kalau karya tersebut dipersembahkan untuk semua rakyat Bengkulu. Penanyangan karya lokal di bioskop ternama ini juga merupakan pembuktian bahwa anak Bengkulu juga bisa memiliki karya yang keren seperti yang lainnya. 2. Dijadikan Obyek Ziarah Kisah yang kamu baca di atas bukanlah fiksi semata. Karena ada bukti nyatanya, yaitu ditemukannya makam Putri Gading Cempaka yang hingga sampai sekarang banyak dikunjungi untuk ziarah. Peziarah yang datang pun tidak hanya dari daerah tersebut, melainkan juga luar pulau. Bukan sebuah hal yang mengherankan karena cerita tentang sang putri memang begitu tersohor sehingga membuat orang-orang penasaran. Jika mungkin suatu saat kamu ingin berkunjung, letak obyek ziarah ini berada di desa Pondok Kelapa, Kabupaten Benteng, Bengkulu. Baca juga Cerita Rakyat Ular Kepala Tujuh & Ulasan Menariknya, Bukti Kerendahan Hati dan Keberanian Bisa Mengalahkan Kekejian Sudah Puas Membaca Cerita Rakyat Putri Gading Cempaka Ini? Itulah tadi kisah lengkap, ulasan unsur intrinsik, beserta fakta menarik dari cerita rakyat Putri Gading Cempaka. Gimana? Semoga saja bisa menghibur dan kamu bisa memetik pelajaran darinya. Jika kamu masih penasaran dengan legenda dari daerah lain, mending langsung saja artikel yang lainnya. Beberapa contohnya ada cerita rakyat Putri Serindang Bulan, asal-usul Kota Palembang, legenda Naga Erau, dan lain-lain Bukan hanya cerita rakyat, di sini pun kamu bisa menemukan berbagai dongeng dari luar negeri, kisah para nabi, dan fabel, lho. Maka dari itu, tunggu apa lagi? Jangan sampai kamu menyesal karena telah melewatkannya, ya! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorElsa DewintaElsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.

.
  • hcn6ng0c1h.pages.dev/216
  • hcn6ng0c1h.pages.dev/219
  • hcn6ng0c1h.pages.dev/75
  • hcn6ng0c1h.pages.dev/132
  • hcn6ng0c1h.pages.dev/5
  • hcn6ng0c1h.pages.dev/318
  • hcn6ng0c1h.pages.dev/89
  • hcn6ng0c1h.pages.dev/398
  • hcn6ng0c1h.pages.dev/161
  • cerita rakyat bengkulu putri serindang bulan